Pengunjung Pringgodani Meninggal
Mitos Air Terjun dan Pertapaan Pringgodani Karanganyar Jateng, Konon Sejumlah Pejabat Pernah ke Sini
Pertapaan Pringgondani selama ini dikenal oleh warga sekitar memiliki mitos yang dipercaya sudah turun menurun.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Seorang warga Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meninggal dunia saat naik jalur pendakian di Pertapaan Pringgondani, Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, Sabtu (3/8/2024).
Peziarah itu meninggal dunia lantaran terjatuh.
Pertapaan dan Air Terjun Pringgondani selama ini dikenal oleh warga sekitar memiliki mitos yang dipercaya sudah turun menurun.
Baca juga: Belum Lama Diresmikan Wapres, Tanaman di Taman Balekambang Solo Jateng Sudah Kering, Ini Kata Pemkot
Melansir situs bob.kemenparekraf.go.id, Jumat, dikisahkan jika Eyang Panembahan Kacanegara bertapa di Pringgondani agar hidupnya abadi.
Dia pun menancapkan tongkatnya di tanah, lalu memohon kepada Sang Pencipta.
Tetapi permintaannya tersebut tidak terkabul.
Sementara tongkat yang ditancapkannya itu berubah menjadi pohon yang dinamakan Kayu Lewung.
Baca juga: Gelontorkan Dana Rp 18 Miliar dari APBD, Stadion Pringgondani Wonogiri Jateng Direvitalisasi Kapan?
Beberapa masyarakat sampai kini percaya bahwa Air Terjun Pringgodani adalah tempat sakral dan memiliki kekuatan mistis.
Di samping itu, Air Terjun Pringgodani juga memiliki mitos lain.
Air terjun ini dipercaya bisa memberikan berkah bagi mereka yang berkunjung.
Beberapa orang berkunjung ke Pringgodani untuk meminta sesuatu, mulai dari jabatan hingga pangkat.
Baca juga: Momen Komunikasi Terakhir Pengunjung Pringgodani Karanganyar Jateng Tewas Mendaki dengan Temannya
Adapun Pertapaan Pringgondani berada di Kelurahan Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, tepatnya di kawasan Perhutani.
Petilasan Pertapaan Pringgondani ini berada di tengah hutan, tepatnya di sisi barat lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1.300 mdpl.
Dengan ketinggian itu, maka hawa dingin memang sering membuat suhu tubuh ikut menurun drastis.
Puncak ritual di Pertapaan Pringgondani adalah mandi di tujuh pancuran alami yang airnya memancar dari tebing.
Untuk mencapai lokasi tersebut pengunjung diharuskan berjalan di tangga menuju lokasi.
Baca juga: Lotek Viral di Solo Jateng yang Sudah Berjualan 30 Tahun, Simak Asal Muasal Kuliner Lotek
Para pengunjung harus menaiki dan menuruni tangga tersebut agar dapat mencapai lokasi.
Bagi pemula, waktu yang dibutuhkan untuk melintas tangga tersebut mencapai 1 jam 30 menit.
Sedangkan untuk yang sudah terbiasa mendaki cukup sekitar 40 menit ke lokasi.
Nah, soal Pertapaan Pringgondani dipercaya sebagai salah satu petilasan Raja Majapahit yang terakhir, Prabu Brawijaya V.
Prabu Brawijaya V disebut melarikan diri dari musuh-musuhnya sampai kemudian meninggal atau moksa di sana.
Namun, menurut Harno (60) tokoh sepuh yang telah tinggal puluhan tahun di sekitar wisata rohani tersebut membantah lokasi [ertapaan merupakan tempat petilasan Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya V.
Baca juga: Wizzmie Mie Viral Asal Surabaya Buka di Solo Jateng, Apa Bedanya dengan Gacoan?
"Sejarah adannya petilasan ini dari piayayi sepuh (sesepuh) sebelum Prabu Brawijaya V, bahkan sebelum Majapahit ada, lokasi pertapaan sudah ada, dan tidak ada kaitannya dengan Prabu Brawijaya V," ucap Harno kepada TribunSolo.com, Kamis (10/6/2022).
Pria yang disapai Mbah Harno mengatakan Pertapaan Pringgondani merupakan lokasi untuk melakukan prihatin dan menenangkan diri bagi kepercayaan kejawen.
Dia menjelaskan tempat tersebut bernama Pringgondani berasal dari kata "pring" (bambu), "nggon" (tempat), dan "dani" (memperbaiki).
"Lokasi Pringgondani ini mempunyai arti yang digunakan untuk memperbaiki diri," ujar Harno.
Dia menjelaskan kata Pringgondani bisa diartikan dengan “Eyang Panembahan Koconegoro".
Baca juga: Hadiri Acara Kenal Pamit Kapolda, Pj Gubenur Jateng Inginkan Sukses Pemilu 2024 Terulang di Pilkada
Hal ini bisa diartikan seperti itu, karena di dalam kompleks pertapaan terdapat Pertapaan Koconegoro, sebuah tempat yang dituakan (dikeramatkan) yang digunakan untuk tempat bercerminnya kerajaan.
"Yang pasti di sini tempat untuk Pringgondani untuk kepercayaan kejawen tempat untuk prihatin, dan memperkuat ilmu batin," kata Harno.
Dia mengatakan banyak orang yang mengaku sebagai juru kunci di lokasi wisata rohani itu.
Mbah Harno membantah keras jika di lokasi tersebut terdapat juru kunci di lokasi Petilasan Pertapaan Pringgondani.
"Banyak yang mengaku juru kunci di sini (Petilasan Pertapaan Pringgondani), namun saya tegaskan sini tidak ada juru kunci di sini, selain itu, di sini juga tidak ada makam, dan murni hanya petilasan," ungkap Harno.
Dia mengatakan, bangunan pertapaan tersebut sudah dilakukan pemugaran dan perbaikan, oleh pengunjung yang melakukan bertapa di sana.
Baca juga: Harga Masuk Wisata Petik Stroberi di Tawangmangu Karanganyar Jateng, Kini Sedang Musim Panen Lho!
Bahkan dana perbaikan jalan menuju ke lokasi serta kebersihan tersebut dilakukan oleh swadaya masyarakat.
"Bangunan ini sudah dipugar, bukan asli seperti dulu yang kecil, pembangunan jalan tangga baru 1998 serta perbaikan jalan terakhir sebulan lalu, listrikpun baru masuk 2013 dan ini dari bantuan swadaya dari pengunjung pertapaan bukan dari pemerintah," tutur Harno.
Dia menjelaskan lokasi pertapaan Pringgondani dikunjungi tak hanya dari Soloraya, bahkan ada dari luar jawa.
Bahkan, lokasi ini pernah dikunjungi oleh pejabat baik dari daerah hingga nasional.
"Yang pernah ke sini seperti Wiranto, Gus Dur, SBY, AHY, Ibas, Hatta Rajasa, Auila Pohan, serta Antasari Ashar, Presiden Joko Widodo waktu masih jadi walikota juga pernah ke sini, " ujar Harno.
Baca juga: Gregoria Berlaga di Semifinal Olimpiade, Orang Tua Jualan di Pasar Seperti Hari Biasa
Kemudian, kata dia jelang pemilihan umum, para Caleg hingga Cakada/Cawakada mulai berdatangan ke lokasi tersebut.
"Saat pemilihan umum orang yang mau nyaleg maupun mencalonkan diri sebagai kepala daerah datang ke sini untuk bersemedi, delalah pasca itu malah jadi (orang sukses)," imbuh Harno.
Dia mengatakan pada setiap Selasa Kliwon selalu mengadakan ada acara Mondosiyo.
Acara tersebut biasa digelar di dekat Kelurahan Blumbang.
Sebagai informasi, Upacara Adat Mondosiyo merupakan salah satu tradisi masyarakat di lereng Gunung Lawu yang masih dijaga kelestariannya hingga saat ini.
Selain itu, upacara tersebut diadakan dengan harapan agar masyarakat selalu merasa aman, mendapat rezeki, dan berkah.
"Setiap Selasa Kliwon digelar Mondosiyo, kalau di sini biasa digelar wayang kulit," ucap Harno.
"Pesan saya kepada mereka, agar mohon mematuhi adat istiadat dan tata krama di sini, " pungkasnya.
Jalan tersebut tidak bisa dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Oleh karena itu, warga sekitar menyediakan lahan parkir untuk pengunjung, masing-masing Rp 5 ribu untuk sepeda motor dan Rp 10 ribu untuk mobil.
Selain itu, pengunjung akan ditarik tiket retribusi sebesar Rp 20 ribu per orang.
(*)
Bayu Cahyo Yunianto, Kader PDIP yang Meninggal di Pringgodani Karanganyar Jateng: Dikenal Berani |
![]() |
---|
Mengenal Pertapaan Pringgodani di Tawangmangu, Lokasi Meninggalnya Peziarah Asal Jaten Karanganyar |
![]() |
---|
Komunikasi Terakhir Bayu, Pria yang Meninggal di Situs Pringgodani Karanganyar Jateng |
![]() |
---|
Sosok Bayu, Pria yang Meninggal di Situs Pringgodani Karanganyar, Dikenal Mudah Bergaul |
![]() |
---|
FX Rudy Hadiri Pemakaman Pria yang Meninggal di Situs Pertapaan Pringgodani Karanganyar Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.