Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pilkada 2024

Pengamat Tanggapi Baliho Andika Perkasa yang Mulai Terpasang, Sebut PDI-P Terlambat Usung Jagoan

Baliho mantan Panglima TNI (Purn) Andika Perkasa mulai muncul di Kota Semarang Jawa Tengah.

Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto bersama Eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa di sela-sela pelatihan Jurkam muda pendukung Ganjar Pranowo di I News Tower, Jakarta, Selasa (18/7/2023). 

TRIBUNSOLO.COM - Baliho mantan Panglima TNI (Purn) Andika Perkasa mulai muncul di Kota Semarang Jawa Tengah.

Diketahui sebelumnya, PDI Perjuangan baru memunculkan wacana pengusungan mantan Panglima TNI (Purn) Andika Perkasa untuk maju di Pilkada Jateng.

Baca juga: Adu Kekayaan Ahmad Lutfi Vs Andika Perkasa, Kandidat di Pilkada Jateng 2024, Siapa Lebih Tajir?

Sinyal itu diperkuat dengan terpasangnya baliho besar Andika dengan tulisan "BANTENG PERKASA" di Jalan Brigjen Katamso di Kota Semarang.

Dilansir dari Kompas.com, Pengamat Politik Universitas Diponegoro (Undip) Nur Hidayat Sardini menilai langkah PDI-P terlambat untuk merebut panggung kontestasi Pilkada Jateng 2024 ini dan terancam kehilangan gelar "Kandang Banteng" di Jateng yang selama ini melekat.

Sosok yang akrab disapa NHS tersebut menilai mestinya PDI-P berani mengendalikan wacana di Pilkada Jateng.

"Kalau sekarang saja kan (mengusung Andika) sebenarnya secara set sudah kalah. Dia (PDI-P) berada di tempat lain yang tidak sedang membahas tentang pilkada, bahkan wacana pilkada di Jateng dia tidak pegang," beber sosok yang akrab disapa NHS itu, Rabu (7/8/2024).

Apalagi pemberitaan di media massa dan media sosial didominasi oleh wacana seperti pencalonan Kaesang di Jakarta atau di Jawa Tengah, hingga sejumlah parpol yang menyatakan dukungan untuk pencalonan Luthfi.

"PDI-P tidak disebut-sebut itu secara dominan dan absolut. Bahkan menurut saya dia berada di pinggiran secara periferal. Tidak berada di sentrum, padahal ini adalah primary teritory dari PDIP, sebagai pemeang harusnya dia pegang kontrol partai yang perolehan suaranya di bawah dia," lanjutnya.

NHS menyayangkan kelengahan PDI-P di kontestasi Pilkada. terlebih dia menilai PDI-P memiliki basis pendukung terbesar di Jateng. Sikap ini dianggap mengecewakan pendukungnya.

"Tapi ini aneh, apakah itu salah PDI-P? Secara internal boleh jadi, tetapi secara eksternal ada kekuatan lain yang bekerja, yang saya sebut tadi kekuatan drop-dropan yang menggunakan metode top down, memakai seluruh permainan dalam pilkada di Jawa Tengah ini," terangnya.

Baca juga: Kans Andika Perkasa Vs Ahmad Luthfi Menguat di Pilkada Jateng 2024, Golkar Tak Permasalahkan

Lebih lanjut, Mantan Ketua Bawaslu RI itu menilai, kandidasi terhadap calon kepala daerah hari ini jarang datang dari partai politik. Akan tetapi dia menyebut calon kepala daerah lahir dari hasil olahan dari tangan elit politik lainnya yang bukan dari parpol.

"Kebetulan kalau boleh saya sebut, terkait dengan Pak Jokowi misalnya, tapi ada dimensionalitas tentang politik dinasti. Nah, termasuk apakah Luthfi ini bagian dari proses dengan dinamika seperti itu, saya kok meyakini," imbuhnya.

Pasalnya baliho eks Kapolda Jateng Komjen Ahmad Luthfi itu telah terpampang di berbagai penjuru daerah sejak sekitar dua bulan lalu. Tak jarang baliho menunjukkan kedekatan mantan Kapolresta Solo itu dengan Jokowi.

Sejumlah partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) juga telah menyatakan dukungannya kepada eks Kapolresta Solo itu.

"Karena selama ini kan juga sudah disebut-sebut, terlihat banyak baliho bendera yang foto dia bersama dengan Pak Jokowi. Artinya diendorse oleh Pak Jokowi. Sekali lagi itu juga bagian yang saya sebut sebagai top down paket. Itu jelas tidak menyertakan partai politik dari bawah. Sudah makin menjauh dari titik sentrum partai politik," jelasnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved