Sambat Pengusaha Batik di Kauman Solo Digempuran Batik Printing : Manusia Lawan Mesin

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Para pengrajin batik cap dan tulis mengakui kalah saing dengan batik printing yang kini membanjiri pasaran dengan harga jauh lebih murah.

Salah satunya adalah pengrajin batik yang ada di Kawasan Kampung Wisata Batik Kauman Solo yang kini harus memutar otak untuk bisa tetap membuat bisnis mereka dilirik masyarakat.

Pengurus Kampung Wisata Batik Kauman Solo Gunawan Setiawan menjelaskan tak sedikit pengusaha maupun pengrajin batik kini sambat kewalahan menghadapi persaingan harga.

“Pasti harganya murah. Kita nggak mungkin biaya tenaga kerjanya manusia. Manusia melawan mesin. Tidak bisa dipikir oleh pengrajin,” ungkapnya saat ditemui di butiknya, Rabu (2/10/2024).

Industri tekstil yang membuat motif batik ini lebih mampu menghadapi pasar yang semakin dinamis. Di tengah konsumen yang hanya mencari harga murah, batik printing merajai pasar batik.

Baca juga: Alila Solo Hadirkan Cerita Wastra, Persembahan Istimewa untuk Hari Batik Nasional

“Tekstil bermotif batik dengan kecanggihan fotografi, video, marketing, customer nggak tahu batik tulis batik cap,” jelasnya.

Ini yang membuat batik kini tak lagi identik dengan karya seseorang. Kini para pelanggan batik hanya membeli karena warna yang disukai.

Sudah jarang yang membeli karena mengagumi karya para maestro yang dulu sempat tenar di masanya.

“15 tahun lalu ini produknya Go Tik Swan. Kanjengan, Kholilan, Haji Bilalan, Abu Amaran. Pengrajin batiknya muncul. Sekarang hanya suka warnanya bagus, harganya terjangkau,” terangnya.

(*)