Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pembongkaran Makam Siswa SMK di Sragen

Terungkap Gamma Ternyata 30 Menit Sebelum Tewas Ditembak Sempat WA Orangtua, Alasan Terlambat Pulang

Sejumlah fakta baru terungkap dari kasus penembakan yang menewaskan Gamma (17) pelajar SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah, yang ditembak Aipda Robig.

Kompas.com Titis Anis/via TribunJateng.com
Aipda Robig Zaenudin (kiri), pelaku penembakan siswa SMKN 4 Semarang, GRO (17) (kanan) - Aksi Aipda Robig Zaenudin alias Aipda RZ menembak siswa SMKN 4 Semarang, GRO (17), diakui Polda Jateng sebagai tindakan berlebihan. 

TRIBUNSOLO.COM - Sejumlah fakta baru terungkap dari kasus penembakan yang menewaskan Gamma (17) pelajar SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah, yang ditembak Aipda Robig Zaenudin.

Dikabarkan Gamma sempat mengirim pesan WhatsApp ke orangtuanya sebelum insiden maut itu terjadi.

Baca juga: Di Sragen, Kompolnas Temui Keluarga Siswa SMK Korban Penembakan Polisi di Semarang, Janjikan Ini

Hal ini disampaikan pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Fajar Muhammad Andhika, Sabtu (7/1/2024).

"Komunikasi ini dilakukan setidaknya 30 menit sebelum kejadian penembakan. Hal ini menjadi pertanda bahwa korban tidak tawuran," ujarnya, dikutip dari Tribun Jateng.

Andhika menuturkan, pihaknya mendapat informasi ini setelah menelusuri sejumlah saksi kunci, termasuk keluarga dua korban penembakan lainnya, SA (16) dan AD (17).

Detik-detik sebelum kejadian tersebut terjadi, Gamma mengatakan bahwa dirinya terlambat tiba di rumah karena sedang mengantar pulang temannya ke Kecamatan Gunungpati.

Sementara itu, berdasar keterangan yang diperoleh dari kedua korban penembakan lainnya tidak melakukan tawuran pada malam kejadian.

Keterangan tersebut, lanjut Andhika, juga diperkuat oleh kesaksian sejumlah orang di lokasi kejadian yang menyatakan tak ada tawuran pada Minggu (24/11/2024), malam di mana Gamma ditembak polisi.

Di samping itu, terang Andhika, pihaknya juga mendapat bukti pendukung yang menyatakan bahwa korban dikenal sebagai pribadi baik. Selain itu, korban juga aktif berkegiatan di sekolah maupun tempat tinggalnya.

"Melihat kondisi ini, sangat kecil potensinya mereka terlibat dalam klaim-klaim yang dilempar kepolisian ke publik," ucapnya.

Garis polisi dipasang di sekitar lokasi pembongkaran makam siswa SMK yang diduga jadi korban penembakan di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jumat (29/11/2024).
Garis polisi dipasang di sekitar lokasi pembongkaran makam siswa SMK yang diduga jadi korban penembakan di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jumat (29/11/2024). (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Andhika menuturkan, dengan temuan-temuan ini, pihaknya membantah pernyataan awal Polrestabes Semarang yang menyampaikan ke publik bahwa tiga korban itu hendak melakukan tawuran dan bagian dari geng.

Sebelumnya, dalam pernyataannya, Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar mengungkapkan, korban merupakan anggota geng Tanggul Pojok. Kelompok tersebut hendak tawuran dengan geng Seroja.

Ketika hendak dilerai oleh Aipda Robig, para remaja itu melawan polisi.

"Saat kedua kelompok gangster ini melakukan tawuran, muncul anggota polisi. Kemudian dilakukan upaya untuk melerai. Namun, ternyata anggota polisi informasinya diserang, sehingga dilakukan tindakan tegas," ungkapnya, Senin (25/11/2024).

Baca juga: 3 Fakta Terbaru Kasus Penembakan Siswa SMK di Semarang, Bagaimana Kondisi 2 Korban Lainnya?

Namun, dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi DPR RI, Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan (Kabid Propam) Polda Jawa Tengah Kombes Aris Supriyono menjelaskan, penembakan itu tidak terkait pembubaran tawuran.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved