Polemik Jalur Pendakian
2 Desa di Boyolali Damai Setelah 8 Tahun Berseteru Soal Jalur Pendakian, Sama-sama Dapat Retribusi
Polemik dua desa di Boyolali selesai. Setelah kedua pihak bertemu dan membicarakan soal konflik ini.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI- Polemik jalur pendakian gunung Merbabu Via Selo menemui titik temu.
Desa Selo dan Tarubatang sepakat untuk mengakhiri perang dingin.
Sejak delapan tahun lalu, tepatnya 2016, kedua desa di kecamatan Selo saling berseteru soal jalur pendakian Merbabu.
Perseteruan ini dipicu retribusi pendakian gunung Merbabu.
Dimana, basecamp pendakian gunung Merbabu SD Selo ini berada di Dukuh Genting, Desa Tarubatang.
Pemerintah desa (Pemdes) Tarubatang, kemudian membuat payung hukum untuk memungut retribusi wisata desa yang salah satunya ke lokasi base camp.
Sedangkan untuk menunju basecamp itu, jalur yang nyaman adalah menggunakan jalan di Desa Selo.
Tak ingin 'hanya' kebagian suara bising dan asap kendaraan yang lalu lalang setiap saat.
Desa Selo kemudian mengembangkan wisata Gancik Hill Top.
Saat pengembangan wisata itu pula jalur pendakian via Gancik mulai dikenal.
Jalur gancik ini dikenal secara tidak sengaja.
Baca juga: Gunung Merbabu Pulih dari Kebakaran Lahan Hutan 848,5 Hektar, Satwa Khas Kembali Pulang
Waktu itu ada pendaki yang merekam video saat melalui jalur tikus atau tidak resmi.
Video jalur tak resmi lalu viral saat itu dan menjadi jalur alternatif ke puncak gunung Merbabu.
Jalur ini pun semakin ramai, karena pendaki bisa menghemat waktu.
Karena jalur ini langsung tembus di pos tiganya jalur Selo.
Sejak saat itulah kedua desa itu semakin dingin.
Namun, mulai saat ini polemik itu mulai mencair.
Para pihak yang berkepentingan dengan jalur wisata pendakian gunung Merbabu sudah saling sepakat.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM) Anggit Haryoso mengungkapkan sejak Oktober 2024 secara estafet mulai mengurangi masalah ini.
Pihaknya menemui tokoh, pemdes hingga Pemkab Boyolali.
"Harapannya kedepannya kita menemukan titik temu terkait dengan jalur pendakian di Selo," ujarnya.
Dia menyebut masalah di kedua desa ini karena tak adanya komunikasi secara intensif saja.
Namun setelah beberapa kali melakukan pertemuan dengan kedua desa itu dan dimediasi Camat akhirnya ada titik temu.
Kedua desa sepakat untuk tak mempermasalahkan kedua jalur ini.
Untuk sementara, retribusi ke kawasan wisata dipungut oleh kedua desa.
Sebagai dasar payung hukumnya, kedua desa akan membuat peraturan desa (Perdes).
Nantinya kedua desa itu membuat satu loket untuk memungut retribusi dari wisatawan pendakian gunung Merbabu.
Dengan begitu, kedua desa mendapatkan sama-sama mendapatkan pemasukan dari wisatawan.
Dia menyebut saat ini karena faktor cuaca gunung Merbabu masih ditutup untuk pendakian.
"Mengutamakan keselamatan bagi pendaki," tambahnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.