Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Keracunan Massal di Sukoharjo

Setelah Kejadian Keracunan Massal di SDN 03 Dukuh Sukoharjo, Menu MBG Diganti dari Ayam Jadi Telur 

Siswa mendapat menu baru. Ini berbeda dengan saat ada kejadian keracunan di SD Negeri 03 Dukuh Sukoharjo setelah menyantap menu MBG.

TribunSolo.com/Anang Maruf
Siswa SD N 03 Dukuh, Sukoharjo sudah beraktivitas seperti biasa pasca kejadian keracunan. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Pasca insiden keracunan massal yang terjadi di SD Negeri 03 Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, pada Kamis (16/1/2025) kemarin.

Program Makan Bergizi Gratis kembali dilanjutkan.

Namun kali ini dengan pengawasan ketat dari pihak sekolah dan Dinas Kesehatan. 

Menu makanan yang disajikan pada hari pertama pasca kejadian berbeda dibanding saat kejadian keracunan massal.

Menu saat kejadian diantaranya nasi, sayur wortel, tahu, ayam tepung, dan susu.

Kemudian pantauan TribunSolo.com, hari pertama pasca keracunan diantaranya Nasi putih, sayur kacang panjang dan wortel, telur goreng, tempe, tahu dan buah pepaya. 

Salah satu siswa kelas V, Melati mengaku menu makanan hari pertama setelah insiden keracunan lebih enak.

"Enak. Ada telur goreng tidak ada ayam," ujarnya, Jumat (17/1/2025).

Ia bercerita, saat kejadian keracunan masal ia juga merasakan mual, pusing dan muntah. 

"Perut sakit. Hari ini masih sedikit sakit," paparnya. 

Baca juga: 3 Fakta Peternak Sapi Perah Minta Produknya Diserap Program MBG, Ada Kunjungan Kementerian

Lebih lanjut, Melati mengaku ada rasa yang aneh pada sajian kemarin, terutama pada ayamnya.

"Ayamnya lengket dan berlendir, berbau," lanjutnya. 

Sebagai informasi, keracunan masal yang terjadi pada Kamis (16/1/2025) kemarin menjadi perhatian publik. 

Wali murid mulai angkat suara, menyoroti ketidaktelitian dalam proses pengolahan makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Salah satu wali murid, Winarni (39), mengungkapkan kekecewaannya terhadap pengawasan kualitas makanan yang disajikan.

"Yang pasti kecewa hal ini bisa terjadi dan tidak berhati-hati. Seharusnya, sebelum diedarkan harus ada tim khusus untuk melakukan pengecekan rasa, apakah sudah matang atau belum," ujar Winarni saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (16/1/2025).

Menurutnya tim pengecekan makanan harus ada.

Itu dikarenakan anak usia Sekolah Dasar (SD) dengan jarak usia kurang lebih 6 sampai 10 tahun tidak bisa merasakan apakah makanan itu layak di konsumsi atau tidak.

"Namanya anak-anak, kan terkadang tidak bisa merasakan. Harusnya di cek dulu dicicipi apakah sudah layak atau belum," terangnya. 

Lebih lanjut, Winarni mengatakan insiden ini baru kali pertama selama uji coba makan bergizi gratis berjalan selama kurang lebih dua pekan. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved