Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Imlek 2025

Tradisi Rayahan 'Nian Gao' di Grebeg Sudiro : Hapus Stigma Solo Kota Sumbu Pendek jadi Kota Toleran

Terdengar pekik tawa dan celotehan warga yang rela berdesak-desakan demi menyaksikan salah satu rangkaian Grebeg Sudiro 2025.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM/SEPTIANA AYU LESTARI
KEMERIAHAN GREBEG SUDIRO - Warga berkerumun jelang rebutan kue keranjang atau nian gao dalam acara Karnaval Budaya Grebeg Sudiro 2025 di Pasar Gede Solo, Jateng, Minggu (26/1/2025) siang. 

Sementara itu, pengunjung lainnya, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu berhijab, sampai anak-anak menunggu lemparan keranjang dengan wajah tersenyum antusias.

Baca juga: Momen Imlek 2025: Presiden Prabowo Lahir 17 Oktober 1951, Memiliki Shio Kelinci

Mata mereka tertuju ke arah panggung, dengan tangan siap menangkap kue keranjang. Gagal menangkap berkali-kali, tak menurunkan antusiasme di wajah mereka sedikit pun.

Mereka tak menyerah demi sepotong atau dua potong kue keranjang, bukan kenyang tujuannya, tetapi kepuasan dan keberkahan. Semangat mereka pun berkobar demi sebuah kue keranjang.

Terlihat, ada seorang pria berjaket kulit berwarna hitam berhasil menangkap kue keranjang, namun tangannya tak sengaja mengenai kepala seorang ibu berhijab.

Sambil mempertahankan kue keranjang yang didapatnya itu, bapak-bapak berjaket kulit itu meminta maaf kepada ibu itu berkali-kali.

Pengunjung perempuan itu tak marah, memilih memaafkan dengan wajah tersenyum.

KEMERIAHAN GREBEG SUDIRO - Ekspresi senang seorang pengunjung mendapatkan kue keranjang saat Karnaval Budaya Grebeg Sudiro 2025 di Pasar Gede Solo, Jateng, Minggu (26/1/2025) siang.
KEMERIAHAN GREBEG SUDIRO - Ekspresi senang seorang pengunjung mendapatkan kue keranjang saat Karnaval Budaya Grebeg Sudiro 2025 di Pasar Gede Solo, Jateng, Minggu (26/1/2025) siang. (TRIBUNSOLO.COM/SEPTIANA AYU LESTARI)

Salah satu warga Solo, Desti senang bukan main, bisa mendapatkan sebuah kue keranjang setelah berebut dengan manusia lainnya.

"Iya dapat, seru, dilempar-lempar, sambil berebut sama orang-orang," katanya kepada TribunSolo.com.

Perempuan berhijab ini menyebut kue keranjang yang didapatkannya itu tidak akan dimakan olehnya. Melainkan, kue keranjang itu akan dikubur.

"Ini dipendem, kalau bahasa Indonesianya dikubur, biar berkah, rezekinya lancar, rela dorong-dorongan demi ini, (semoga) dapat berkahnya," ujar Desti.

Kue keranjang sendiri identik dengan perayaan Imlek, bahkan perayaan Imlek bisa dibilang tidak lengkap tanpa adanya kue keranjang.

Bagi warga Tionghoa, kue keranjang menjadi simbol atas pendapatan dan jabatan yang lebih tinggi, anak-anak berkembang dengan baik, dan secara umum menjanjikan tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

Solo dari Stigma Sumbu Pendek Kini Jadi Kota Toleransi Terbaik

Siapa sangka di balik sepotong kue keranjang yang jadi rayahan tiap Grebeg Sudiro, ada proses panjang berbagai pihak untuk mewujudkan event ini bisa diterima semua etnis dan pemeluk agama.

Ya, event multikultural seperti Grebeg Sudiro menjadi salah satu faktor yang mengantar Kota Solo menjadi kota toleransi terbaik di Indonesia. 

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved