Jumenengan Mangkunagara X
Mengenal Apa itu Tingalan Dalem Jumenengan, Peringatan Kenaikan Takhta di Kerajaan Mataram Islam
Acara adat dilaksanakan 09.00-11.30 dimulai dengan wilujengan hingga pertunjukan Bedhaya Anglir Mendung.
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Jumat ini digelar Tingalan Dalam Jumenengan, atau peringatan kenaikan tahta yang ketiga KGPAA Mangkunegara X di Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran.
Ketua Panitia Tingalan Jumenengan 2025 GRAj Ancillasura Marina Sudjiwo mengungkapkan sebelumnya berbagai persiapan telah dilakukan.
"Tahun ini adalah tahun ketiga Kanjeng Gusti memimpin Pura Mangkunegaran. Persiapan banyak gladi kotor dan hari ini gladi resik. Persiapan sudah mulai sebulan lalu. Latihan tari, karawitan, dan prajurit,” ungkapnya.
Baca juga: Jumenengan Mangkunegara X di Solo Dihadiri Ahmad Dhani, Sherina Munaf Hingga Fadli Zon
Acara adat dilaksanakan 09.00-11.30 dimulai dengan wilujengan hingga pertunjukan Bedhaya Anglir Mendung.
Berikut penjelasan dan makna dari Tingalan Dalam Jumenengan:
Dalam bahasa Jawa, tingalan berarti peringatan, dalem bermakna panggilan kehormatan untuk raja jawa, dan jumenengan yang berasal dari kata jumeneng dapat diartikan bertahta.
Peringatan Tingalan Dalem Jumenengan merupakan adat sakral yang telah berlangsung secara turun temurun.
Upacara adat Tingalan Dalem Jumenengan ini harus dilakukan oleh empat kerajaan keturunan Mataram Islam, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Keraton Yogyakarta), Pura Mangkunegaran di Surakarta, dan Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta.
Waktu Pelaksanaan Tingalan Dalem Jumenengan dilakukan setiap tahun, yaitu setiap tanggal dua bulan Ruwah sesuai kalender Jawa.
Tingalan Dalem Jumenengan Kasunanan Surakarta
Kesakralan Tingalan Dalem Jumenengan di Keraton Kasunanan Surakarta, karena peringatan tersebut digelar Tari Bedhaya Ketawang.
Tari Bedhaya Ketawang sebagai simbol dari perziarahan hidup manusia di bumi.
Perziarahan yang dimaksud mulai dari kelahiran, perjalanan hidup, kematian, hingga kehidupan alam semesta setelah di dunia.
Pandangan lain menyebutkan Tari Bedhaya Ketawang terhubung dengan Penguasa Laut Selatan, yakni Kanjeng Ratu Kidul.
Tarian ini banyak merasakan nuansa mistis sebagai simbol hubungan batin antara Raja dengan Ratu Kidul.
Saat melihat tarian, raja akan duduk meresapi setiap gerakan. Setelah menyaksikan tarian, raja akan masuk ke Dalem Ageng.
Rangkaian perayaan Tingalan Dalem Jumenengan adalah pemberian gelar dan pengakatan abdi dalem, kirab kereta pusaka, dan kirab arak-arakan tumpeng
Ini Makna Gelar Kanjeng Pangeran Haryo yang Diterima Gibran saat Jumenengan Mangkunagara X |
![]() |
---|
Tunggangan Mangkunagara X di Jumenengan : Kereta Buatan Belanda dari Abad Ke-20, Lama Tak Digunakan |
![]() |
---|
Di Balik Suksesnya Jumenengan Mangkunagara X : Ada 5 Kelompok Prajurit, Berjaga hingga Kawal Raja |
![]() |
---|
Di Balik Jumenengan, Ritual Sakral Naik Tahta Raja Jawa : Sajen di 4 Mata Angin, Penari Wajib Puasa |
![]() |
---|
Gelar Kebangsawanan yang Didapat Gibran dari Keraton Solo hingga Pura Mangkunegaran : Tak Ada Beban |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.