Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Ramadhan 2025

3 Umbul di Boyolali Jateng untuk Padusan Jelang Ramadhan, Enak Buat Kungkum Bersama Teman-teman

Di Boyolali, Jawa Tengah, ada beberapa umbul yang biasa digunakan untuk padusan. Mana saja?

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Tri Widodo
WISATA UMBUL KLATEN - Kondisi Umbul Tirtomarto Pengging, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jateng pada Kamis (7/10/2021). Berikut rekomendasi umbul di Boyolali untuk padusan jelang Ramadhan. (TRIBUNSOLO.COM/TRI WIDODO). 

Gombloh Sujarwanto, budayawan Pengging, Kecamatan Banyudono menambahkan Peceren adalah peninggalan masa PB IX.

Sampai saat ini, Umbul Peceren masih dimanfaatkan untuk ritual kungkum masyarakat hingga kini.

Bahkan, sejumlah pejabat baik di tingkat Pemkab Boyolali maupun pejabat pusat, juga pernah melakukan ritual kungkum di Umbul Peceren.

“Ini kan terkait kepercayaan, kalau melakukan ritual kungkum di sana maka keinginan atau cita- citanya bakal tercapai," tambahnya.

Baca juga: 6 Wisata Malam di Solo Jateng untuk Kencan Romantis Bersama Pasangan di Hari Valentine, Dijamin Seru

2. Umbul Tlatar di Sambi

Potret Umbul Tlatar di Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali Kota, Boyolali. Warga setempat memiliki tradisi unik untuk menjaga umbul tersebut. Tradisi bernama Lampetan itu dilakukan dengan bersih-bersih saluran air hingga menyembelih bebek putih di dalam air.
WISATA UMBUL BOYOLALI - Potret Umbul Tlatar di Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali Kota, Boyolali. Warga setempat memiliki tradisi unik untuk menjaga umbul tersebut. Tradisi bernama Lampetan itu dilakukan dengan bersih-bersih saluran air hingga menyembelih bebek putih di dalam air. (Tribunsolo.com/Tri Widodo)

Terjadinya Umbul Tlatar tak lepas dari kisah Ki Ageng Wonokusumo, Wonoroto, Desa Catur, Kecamatan Sambi, Boyolali.

Dikisahkan saat itu, Ki Ageng Wonokusumo yang merupakan seorang wali yang menyebarkan agama Islam di wilayah Sambi bagian barat resah dengan kondisi lahan pertanian masyarakat.

Saat kemarau datang, tak banyak aktivitas pertanian yang bisa dikerjakan masyarakat.

Ancaman kelaparan karena tak adanya sumber mata air yang bisa digunakan untuk mengolah lahan pertanian kerap terjadi.

Selain itu, Ki Ageng Wonokusumo juga kesulitan mendapatkan air untuk bersuci sebelum melaksanakan salat di Masjid Tiban.

Baca juga: 6 Soto Legendaris di Boyolali Jawa Tengah untuk Wisata Kuliner, Langganannya Para Pejabat

Melihat kondisi ini, Ki Ageng Wonokusumo tak bisa tinggal diam.

Wali itu kemudian berjalan menuju gunung Merbabu untuk meminta petunjuk ke Ki Ageng Pantaran supaya ada sumber air yang bisa digunakan untuk bersuci dan menyuburkan tanah pertanian warga Catur dan sekitarnya.

Oleh Ki Ageng Pantaran, Wonokusumo atau yang disebut Ki Ageng Wonotoro  diminta untuk melakukan tirakat selama 40 hari 40 malam di Sipendok, salah satu sumber mata air di gunung Merbabu.

"Setelah tirakat selama 40 hari itu, Ki Ageng Wonotoro diminta kembali ke Wonotoro," kata Suripto, salah satu tokoh masyarakat di Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari, Kamis (15/9/2022).

Namun, lanjutnya selama perjalanan kembali ke Wonotoro, Ki Ageng Pantaran mewant-wanti agar tak menoleh ke belakang.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved