Ramadhan 2025
3 Umbul di Boyolali Jateng untuk Padusan Jelang Ramadhan, Enak Buat Kungkum Bersama Teman-teman
Di Boyolali, Jawa Tengah, ada beberapa umbul yang biasa digunakan untuk padusan. Mana saja?
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Gombloh Sujarwanto, budayawan Pengging, Kecamatan Banyudono menambahkan Peceren adalah peninggalan masa PB IX.
Sampai saat ini, Umbul Peceren masih dimanfaatkan untuk ritual kungkum masyarakat hingga kini.
Bahkan, sejumlah pejabat baik di tingkat Pemkab Boyolali maupun pejabat pusat, juga pernah melakukan ritual kungkum di Umbul Peceren.
“Ini kan terkait kepercayaan, kalau melakukan ritual kungkum di sana maka keinginan atau cita- citanya bakal tercapai," tambahnya.
Baca juga: 6 Wisata Malam di Solo Jateng untuk Kencan Romantis Bersama Pasangan di Hari Valentine, Dijamin Seru
2. Umbul Tlatar di Sambi

Terjadinya Umbul Tlatar tak lepas dari kisah Ki Ageng Wonokusumo, Wonoroto, Desa Catur, Kecamatan Sambi, Boyolali.
Dikisahkan saat itu, Ki Ageng Wonokusumo yang merupakan seorang wali yang menyebarkan agama Islam di wilayah Sambi bagian barat resah dengan kondisi lahan pertanian masyarakat.
Saat kemarau datang, tak banyak aktivitas pertanian yang bisa dikerjakan masyarakat.
Ancaman kelaparan karena tak adanya sumber mata air yang bisa digunakan untuk mengolah lahan pertanian kerap terjadi.
Selain itu, Ki Ageng Wonokusumo juga kesulitan mendapatkan air untuk bersuci sebelum melaksanakan salat di Masjid Tiban.
Baca juga: 6 Soto Legendaris di Boyolali Jawa Tengah untuk Wisata Kuliner, Langganannya Para Pejabat
Melihat kondisi ini, Ki Ageng Wonokusumo tak bisa tinggal diam.
Wali itu kemudian berjalan menuju gunung Merbabu untuk meminta petunjuk ke Ki Ageng Pantaran supaya ada sumber air yang bisa digunakan untuk bersuci dan menyuburkan tanah pertanian warga Catur dan sekitarnya.
Oleh Ki Ageng Pantaran, Wonokusumo atau yang disebut Ki Ageng Wonotoro diminta untuk melakukan tirakat selama 40 hari 40 malam di Sipendok, salah satu sumber mata air di gunung Merbabu.
"Setelah tirakat selama 40 hari itu, Ki Ageng Wonotoro diminta kembali ke Wonotoro," kata Suripto, salah satu tokoh masyarakat di Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari, Kamis (15/9/2022).
Namun, lanjutnya selama perjalanan kembali ke Wonotoro, Ki Ageng Pantaran mewant-wanti agar tak menoleh ke belakang.
30 Quotes Minggu Terakhir Ramadhan 2025, Bisa Jadi Status WA sebagai Pengingat Semangat Beribadah |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Tempat Bukber di Sukoharjo, Ada Menu Ayam Goreng Legendaris dan Seafood |
![]() |
---|
6 Rekomendasi Masjid di Solo Jateng untuk Itikaf Ramadhan 2025, Ada yang Sediakan Sahur Gratis |
![]() |
---|
Makna di Balik 1.000 Tumpeng dan Lampu Ting saat Peringatan Malam Selikuran Keraton Solo |
![]() |
---|
Asal-usul Malam Selikuran, Tradisi Keraton Solo Sambut Lailatul Qadar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.