Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Ramadan 2025

Makna Istilah Takjil yang Kerap Muncul saat Ramadan: Lebih dari Sekadar Makanan Ringan untuk Berbuka

Kata takjil berasal dari bahasa Arab yang berarti menyegerakan, yang merujuk pada anjuran untuk segera berbuka puasa saat waktunya tiba.

Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TribunSolo.com / Andreas Chris
ILUSTRASI TAKJIL - Hidangan pembuka takjil yang dihadirkan di Masjid Raya Sheikh Zayed. 

TRIBUNSOLO.COM - Ada satu istilah yang selalu muncul saat bulan ramadan dan kerap diucapkan.

Yakni, takjil.

Biasanya takjil itu sebutan untuk makanan ringan seperti gorengan, kue, es cendol dan lain sebagainya.

Baca juga: Fakta Menarik Buka Puasa Terpanjang se-Indonesia di Kota Solo, Disediakan 15 Ribu Makanan Gratis!

Takjil ini untuk pembukaan buka puasa, sebelum menikmati makan besarnya.

Namun pernahkah kamu bertanya-tanya, takjil itu sebenarnya istilah dri mana?

Yuk simak penjelasannya!

Asal Usul Kata Takjil

Secara bahasa, takjil berasal dari bahasa Arab, yaitu ajila, yang berarti menyegerakan.

Jadi, sebenarnya, makna takjil lebih merujuk pada anjuran untuk segera berbuka puasa ketika waktunya tiba, bukan pada makanan yang disantap.

Kata ini mengandung pesan penting tentang pentingnya menyegerakan berbuka sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.

Pergeseran Makna Takjil dalam Kehidupan Sehari-hari

Meski makna asli takjil berkaitan dengan anjuran untuk segera berbuka, seiring berjalannya waktu, kata ini mengalami pergeseran makna dalam penggunaannya sehari-hari.

Masyarakat lebih sering menggunakan kata takjil untuk menyebut hidangan ringan yang biasanya disantap sebelum makan utama saat berbuka puasa.

Sebenarnya, takjil dapat berupa berbagai jenis makanan atau minuman yang manis dan menyegarkan, yang memang biasa dikonsumsi oleh banyak orang di saat berbuka.

Kolak, es campur, kurma, hingga sop buah adalah contoh hidangan takjil yang populer di banyak tempat. Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa istilah ini pada awalnya tidak merujuk pada makanan itu sendiri, melainkan lebih kepada ajakan untuk menyegerakan berbuka.

Takjil dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, berbuka puasa sebaiknya dilakukan segera setelah adzan Maghrib berkumandang, mengikuti kebiasaan Rasulullah SAW. Beliau selalu menyegerakan berbuka dengan makanan yang sederhana, seperti kurma atau air putih. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:

"Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berbuka puasa dengan ruthab (kurma muda) sebelum shalat (Maghrib). Jika tidak ada ruthab maka dengan tamr (kurma matang), jika tidak ada tamr maka beliau meneguk beberapa teguk air." (HR. Abu Daud)

Hadits ini menunjukkan bahwa berbuka dengan sesuatu yang sederhana namun bernutrisi sangat dianjurkan.

Bahkan, jika tidak ada kurma atau air, Rasulullah SAW tetap memilih untuk berbuka dengan makanan yang mudah didapatkan.

Ini adalah contoh yang menunjukkan pentingnya menyegerakan berbuka puasa tanpa menunggu terlalu lama.

Takjil, meskipun sering diidentikkan dengan makanan manis yang disantap saat berbuka puasa, sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam.

Kata takjil berasal dari bahasa Arab yang berarti menyegerakan, yang merujuk pada anjuran untuk segera berbuka puasa saat waktunya tiba.

Walaupun istilah ini kini lebih dikenal untuk menyebut hidangan berbuka, penting untuk selalu mengingat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya: menyegerakan berbuka sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW, dengan hidangan sederhana yang bernutrisi.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved