Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Solo

Sejarah Angkringan atau Wedangan, Bukan dari Solo dan Jogja, Pencetusnya Justru Orang Klaten

 Angkringan adalah kedai makanan berbentuk gerobak yang khas dengan santapan nasi kucing dan aneka lauk pauk.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM/MARDON WIDIYANTO
POTRET ANGKRINGAN SOLO - Angkringan atau Wedangan Hick Gaul Pak Mul di Jalan Solo-Tawangmangu, tepatnya di Kelurahan Popongan, Kecamatan/Kabupaten Karanganyar, Minggu (21/5/2023). Begini sejarah angkringan bisa berkembang di Solo. 

"Alasannya karena ayahnya meninggal dunia, sebagai sulung dari empat bersaudara Mbah Karso merasa bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya," ungkap Suwarna kepada Kompas.com, Minggu (30/08/2020).

Sesampainya di Solo, Mbah Karso bertemu dengan Mbah Wiryo.

Pertemuan tersebut merupakan awal dari sejarah angkringan.

Pada tahun 1943, mereka berdua berjualan makanan terikan, sejenis makanan khas Jawa Tengah dengan kuah kental dengan lauk tempe atau daging yang dijajakan dengan pikulan tumbu.

Baca juga: 7 Rekomendasi Kuliner Malam di Solo Jateng untuk Buka Puasa: Ada Nasi, Olahan Daging, hingga Seafood

Kemudian Mbah Karso memiliki ide untuk menambah minuman pada dagangannya, dan kemudian memodifikasi pikulan tumbu yang dibawanya.

Bagian depan kemudian digunakan untuk menaruh makanan, sementara bagian belakang digunakan untuk menempatkan ceret minuman.

Setelah itu, Mbah Karso juga turut mengajak warga desanya untuk turut berjualan dengan pikulan seperti yang ia lakukan.

Dari Hik menjadi Angkringan

Tak hanya sejarah kemunculannya, asal-usul nama angkringan juga menarik untuk ditelusuri.

Sebelum disebut dengan angkringan, cara berdagang Mbah Karso di Solo dikenal dengan sebutan hik.

Mengenai asal-usul istilah hik tersebut belum dapat dipastikan karena memiliki beragam versi.

"Ada yang menduga dari cara penjualnya menjajakannya dengan sahutan 'Hiyeek!'. Ada yang bilang pembelinya sendawa seperti itu. Versi lainnya saat penjual tersandung mengatakan 'hiyek!'. Jadi tidak pasti asal kata 'hik' itu," ungkap Suwarna.

Kepopuleran warung hik di Solo pada 1940-an akhirnya juga merambah ke Yogyakarta pada 1950-an.

Saat masuk ke Yogyakarta itulah nama angkringan lahir.

Baca juga: Loyalitas dan Totalitas Fans OM Lorenza, Kostum Jahit Sendiri, Berangkat Nonton Naik Sepur Kelinci

Ada yang menyebut istilah angkringan didapatkan karena masyarakat yang datang biasanya makan sambil duduk methangkring atau mengangkat salah satu kakinya di bangku.

Wedangan Pak Di, yang menyajikan kuliner non halal di Kota Solo, Jawa Tengah
Wedangan Pak Di, yang menyajikan kuliner non halal di Kota Solo, Jawa Tengah (Istimewa)
Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved