Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Wonogiri

Asal-usul Alas Kethu di Wonogiri, Berawal dari Kisah Utusan Kerajaan Demak yang Melanggar Sumpah

Keberadaan Alas Kethu menyimpan sebuah cerita yang turun-temurun di tengah masyarakat yang saat ini masih dipercayai.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti
SEJARAH ALAS KETHU - Kawasan Alas Kethu, Wonogiri yang rindang, Jumat (22/1/2022) lalu. Beginilah sejarah terbentuknya hutan Alas Kethu yang berkaitan dengan utusan Kerajaan Demak yang melanggar sumpah. 

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Alas Kethu merupakan kompleks hutan luas yang berada di wilayah Kecamatan Wonogiri Kota, yang cukup ikonik.

Alas sendiri berarti hutan, sementara kethu bisa diartikan penutup kepala atau topi.

Keberadaan Alas Kethu menyimpan sebuah cerita yang turun-temurun di tengah masyarakat yang saat ini masih dipercayai.

Baca juga: Tradisi Sesaji Mahesa Lawung Keraton Solo, Bawa Kepala Kerbau untuk Dikubur ke Alas Krendowahono 

Penulis cerita rakyat asal Wonogiri, Parpal Poerwanto, menceritakan awal mula penamaan Alas Kethu berkaitan dengan Kerajaan Demak

Dia menuturkan, pada waktu yang tidak disebutkan tahunnya, Kerajaan Demak hendak membuat taman yang di dalamnya akan dipelihara hewan kijang. 

"Raja kemudian mengutus seseorang yang bernama Panji untuk mencari kijang itu. Panji kemudian berkelana untuk menunaikan perintah Raja," kata dia, kepada TribunSolo.com, Rabu (22/6/2022) lalu.

Dalam perjalanannya, di sebuah hutan Panji kemudian bertemu dengan seseorang yang saat itu diketahui memiliki kesaktian bernama Ki Kesdik Wacana. 

Baca juga: Asal-usul Nama Sragen yang Kini Jadi Kabupaten, Berasal dari Kata Pasrah dan Legen

Panji lalu mengutarakan kepada Ki Kesdik Wacana bahwa dirinya merupakan utusan Raja Demak untuk mencari kijang sebagai penghuni taman disana.

Permintaan itu kemudian dikabulkan. 

"Ki Kesdik lalu mengambil beberapa kijang. Karena Panji tidak membawa alat pengangkut, dengan kesaktiannya Ki Kesdik membuat bumbung (potongan bambu)," jelasnya. 

Beberapa kijang itu lantas dimasukkan ke dalam bumbung dan ditutup oleh Ki Kesdik Wacana.

Bumbung lalu diserahkan ke Panji untuk dibawa kembali ke Demak

"Tapi Panji di wanti-wanti untuk jangan pernah sekali-kali membuka bumbung itu. Dia menyanggupi kemudian pulang ke Demak," imbuh Parpal Poerwanto. 

Baca juga: Asal-usul Tugu Boto di Klodran Karanganyar, Bangunan Ikonik Simbol Gotong Royong Warga Masa Lampau

Di tengah perjalanan, Panji merasa bimbang. Rasa penasaran berkecamuk dalam pikirannya, bagaimana bisa beberapa kijang masuk dalam sebuah bumbung. 

Ditambah lagi, Panji takut jikalau dirinya ditipu oleh Ki Kesdik Wacana, di mana di Kerajaan akan mendapatkan amarah dari Raja karena gagal dalam menjalani tugas. 

"Rasa penasaran Panji menguat, kemudian dibukalah tutup bumbung itu. Kijang-kijang itu keluar dari bumbung dan kemudian membesar ukurannya dan lari," terang dia. 

Panji yang kaget lalu mengejar kijang-kijang yang berlarian itu sampai tidak sadar bahwa kethu atau topi yang ia kenakan tersangkut.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved