Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sejarah Klaten

Asal Usul Desa Mendak di Delanggu Klaten, Gambarkan Kesopanan Kerabat Majapahit

Kepala Dusun Mendak, Sambodo mengatakan bila cikal bakal kampung ini dari sosok Nyi Ageng Samirah.

Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM/Zharfan Muhana
Gapura Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Asal-usul Desa Mendak, ternyata berasal dari salah satu kerabat dari Kerajaan Majapahit yang bermukim awal di tempat itu.

Desa Mendak sendiri, berada di wilayah Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten.

Kepala Dusun Mendak, Sambodo mengatakan bila cikal bakal kampung ini dari sosok Nyi Ageng Samirah.

"Nyi Ageng Samirah yang kerabat Majapahit, beliau yang pertama kali datang kesini," ujarnya.

Nyi Ageng Samirah sendiri memiliki suami, yang bernama Mertoyudo.

Baca juga: Nekat Parkir Sembarangan, Sejumlah Mobil Wisatawan di Pasar Gede Solo Digembok

Selain keduanya, ada pula 1 kerabat Majapahit yang menyusul.

Badrun menjelaskan berdasarkan cerita turun temurun, bila sosok Nyi Samirah memiliki pribadi yang baik dan sopan.

"Nyi Samirah orangnya sopan banget, ketemu orang menunduk. Orangnya sabar, sama orang sopan," ucapnya.

Dengan demikian, diambil lah Mendak sebagai nama kampung.

Desa Mendak sendiri, terdapat tradisi ruwahan yang dikenal dengan Ruwah Rasul.

 

RUWAHAN DI KLATEN -Tradisi Ruwah Rasul, diadakan warga di Dukuh/ Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jumat (14/2/2025). Tradisi ini rutin dilakukan setiap tahun jelang Ramadhan,
RUWAHAN DI KLATEN -Tradisi Ruwah Rasul, diadakan warga di Dukuh/ Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jumat (14/2/2025). Tradisi ini rutin dilakukan setiap tahun jelang Ramadhan, (TRIBUNSOLO.COM/ZHARFAN MUHANA)

Dimana, para warga berkumpul di kompleks makam Gedong untuk kenduren bersama.

Kenduri ini cukup unik, pasalnya diangkat menggunakan lincak bambu yang dipikul.

Isi kenduri pun bermacam-macam makanan, seperti nasi tumpeng, ingkung ayam, sayur, dan jajanan pasar.

Makanan tersebut didoakan dengan mengharap kebaikan kepada Allah SWT. Dan kemudian diperebutkan dan dimakan bersama.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved