Aksi Damkar Sragen
Mengenal Ular Hijau Ekor Merah yang Dievakuasi Damkar Sragen, Punya Bisa Mematikan Belum Ada Penawar
Damkar Sragen mengevakuasi ular hijau ekor merah di tengah pemukiman warga di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Damkar Sragen mengimbau agar warga mewaspadai ular hijau ekor merah atau Trimeresurus albolabris.
Spesiel ular ini lebih disebut lebih berbahaya dari ular kobra.
Dikutip dari Kompas.com, Damkar Sragen mengevakuasi ular tersebut di tengah pemukiman warga di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Baca juga: Aman, Ratusan Jemaah Calon Haji 2025 Sragen Terima Vaksin Meningitis Sebelum Berangkat ke Tanah Suci
"Kami juga kemarin melakukan penangkapan ular hijau ekor merah. Itu tingkat bisanya mungkin bisa setara atau lebih tinggi dari kobra," kata Tommy Isharyanto, Kabid Damkar Satpol PP Sragen, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/4/2025).
Tommy menjelaskan, ular itu lebih berbahaya dari kobra bukan tanpa alasan.
Pasalnya sampai kini penawar bisa ular hijau ekor merah belum tersedia di Sragen.
Oleh karenanya, gigitan ular itu bisa berdampak fatal.
Baca juga: Cerita Evakuasi Ular Piton Sepanjang 3 Meter di Klaten, Petugas Terpaksa Gali Tanah Sampai ke Sarang
"Dari referensi kami di Sragen itu belum ada penangkalnya," ujarnya.
Sejak Januari hingga Maret 2025, Damkar Sragen mencatat 48 kali evakuasi ular, dengan lonjakan laporan terjadi pada bulan Maret. Data tersebut menunjukkan:
- Januari: 13 evakuasi
- Februari: 11 evakuasi
- Maret: 24 evakuasi
"Kalau dari aduan warga yang masuk meningkat. Intensitas cukup tinggi," ujar Tommy.
Baca juga: Ular Piton Berkeliaran di Tengah Jalan Slamet Riyadi Solo, Ternyata Kerap Bersembunyi di Saluran Air
Musim penghujan disebut sebagai pemicu utama meningkatnya aktivitas ular, karena aroma mangsa menyebar lebih kuat dan luas.
"Makanya beberapa ular dievakuasi di kandang ayam, bebek, ayam seperti itu," bebernya.
Kobra dan Piton Masih Dominan
Jenis ular yang paling sering muncul adalah kobra jawa dan piton. Dalam kasus terbaru, seekor kobra dewasa sepanjang 1 meter berhasil diamankan dari belakang rumah warga di Kampung Sine, Kecamatan Sragen Kota, pada Kamis (10/4/2025).
"Kalau kobra jawa 1 meter sudah dewasa. Bisanya mematikan itu. Kalau tidak ditangani segera fatal," kata Tommy.
Meski belum ada laporan warga tergigit ular berbisa, masyarakat diminta tetap waspada, terutama di lokasi-lokasi yang jarang dijangkau manusia seperti gudang, kandang ternak, atau pekarangan gelap.
"Sebenarnya ular itu makhluk yang menghindari singgungan dengan manusia... Maka untuk antisipasi ya tempat-tempat lingkungan yang berpotensi seperti yang saya katakan di atas itu kalau memungkinkan dikasih cahaya yang cukup," imbau Tommy.
Mengenal Ular Hijau Ekor Merah
Dilansir dari dlhk.jogjaprov.go.id, ular hijau ekor merah memiliki nama latin trimeresurus albolabris.
Ular tersebut biasanya disebut dengan viper hijau dan merupakan jenis ular berbisa yang berbahaya.
Trimeresurus albolabris memiliki nama lokal antara lain; ular bangkai laut, oray bungka, oray majapait (Sunda), ula bangka laut, ula gadung luwuk (Jawa), ulah sanggit (Lombok), sawa tarihu (Bima Dompu) dan lain-lain.
Dalam Bahasa Inggris disebut dengan white lipped tree viper atau white lipped pit viper karena bibirnya berwarna keputih-putihan.
Atau kadang juga disebut dengan bamboo pit viper karena kebiasaannya berada pada rumpun bambu.
Ciri-ciri ular ini biasanya tidak terlalu besar, agak gemuk pendek, dan tidak begitu lincah.
Kepala tampak jelas menjendol besar, seolah-olah seperti seekor kodok yang tertancap di atas leher yang mengecil.
Memiliki lesung pipit (loreal pit) yang besar dan menyolok di belakang lubang hidung di depan mata.
Sepasang taringnya besar dan panjang yang bisa dilipat, terdapat di bagian depan rahang atas, tertutup oleh selaput lendir mulut.
Panjang ular jantan sekitar 60 cm, sedangkan ular betina lebih panjang, sekitar 80 cm.
Ekornya pendek kecil, panjangnya sekitar 10-13 cm, tetapi kuat memegang ranting yang ditempatinya.
Ular hijau ekor merah bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari, namun tidak begitu lincah.
Ular ini kerap menjalar lambat di antara ranting atau di atas bawah hutan.
Namun apabila terancam, dapat juga bergerak cepat dan gesit.
Ular ini menyukai hutan bamboo dan belukar yang tidak jauh dari sungai.
Sering juga ditemukan berdiam di antara daun-daun dan ranting semak atau pohon kecil sampai dengan 3 m di atas tanah.
Tidak jarang pula ditemukan di kebun atau pekarangan dekat rumah.
Ular ini memangsa kodok, burung dan mamalia kecil, juga kadal.
Saat berburu dai dalam gelap, sangat dibantu indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada lesung pipitnya.
Pada siang hari, ular ini menjadi lembam dan tidur bergulung-gulung di cabang pohon, semak atau rimbunan ranting bamboo.
Sering juga ditemukan ular-ular kesiangan yang kemudian tidur sekenanya di dekat permukiman orang, misalnya di tumpukan kayu atau di sudut-sudut para-para di belakang rumah.
Ular hijau buntut merah bersifat ovovivipar, yaitu telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan-akan seperti melahirkan.
Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali bertelur. Anak-anak ini akan turun ke lantai hutan dan vegetasi bawah untuk memburu kodok yang menjadi makanannya.
Ular hijau buntut merah termasuk ular yang agrsif dan mudah mengigit.
Ular ini penyumbang kasus gigitan ular terbanyak.
Menurut penelitian, 50 persen kasus gigitan ular di Indonesia, disebabkan oleh ular jenis ini.
Sekitar 2,4 % gigitan berakibat fatal.
Seperti umumnya viper, ular jenis ini memiliki bisa yang berbahaya.
Bisa disuntikkan ke tubuh korban melalui sepasang taring besar melengkung yang beralur di tengahnya.
Meski demikian, tidak semua gigitan ular disertai dengan pengeluaran bisa.
Gigitan kering yang tidak disertai bisa biasanya tidak membahayakan dan hanya merupakan gigitan peringatan kepada yang mengganggunya.
Bisa ular jenis ini bersifat hemotoksin yang merusak system peredaran darah.
Gigitan ular ini pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat dan kerusakan jaringan kulit di sekitar luka
Awalnya jaringan akan membengkak dan Sebagian berwarna merah gelap, pertanda terjadi pendarahan di bawah kulit di sekitar luka.
Kemudian menyusul rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh anggota tubuh yang tergigit.
Rasa nyeri terutama terjadi pada bagian persendian antara bagian yang terluka dengan yang jantung.
Apabila tidak segera ditangani maka dapat berakibat fatal.
(*)
| Kesaksian Petugas yang Evakuasi Pasien Obesitas 300 Kilogram di Sragen: Butuh Waktu 1,5 Jam |
|
|---|
| Kisah Evakuasi Pasien Obesitas 300 Kilogram di Sragen, Sesak Napas, Merintih Sakit Saat Naiki Mobil |
|
|---|
| Kisah Bocah di Sragen, Jari Tersangkut Kunci Ring hingga Bikin Ibunya Cemas |
|
|---|
| Kisah Warga Sragen Datang ke Rumah Sakit untuk Copot Anting, Malah Disuruh ke Damkar |
|
|---|
| Kala Petugas Damkar Sragen Evakuasi 2 Cincin Emas di Jari Pria Obesitas, Butuh Waktu 40 Menit |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.