Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Kenapa Rasa Makanan di Solo Cenderung Manis? Ternyata Ini Sejarahnya, Ada Pengaruh Belanda

Ya, bisa dibilang, Kota Solo mirip dengan Yogyakarta, di mana rasa masakannya cenderung manis dan tidak pedas.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM
KULINER SOLO - Ini namanya Lenjongan, terdiri dari beberapa macam jajanan, yakni tiwul, ketan ireng, ketan putih, gethuk, sawut, cenil, dan klepon. Foto diambil pada 2028 lalu di Solo, Jawa Tengah. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Bagi para pecinta kuliner nusantara, mungkin merasa masakan di Solo, Jawa Tengah, cenderung manis.

Ya, bisa dibilang, Kota Solo mirip dengan Yogyakarta, di mana rasa masakannya cenderung manis dan tidak pedas.

Cita rasa ini menjadi identitas kuat dari dua kota kembar di jantung Pulau Jawa tersebut.

Baca juga: Ini Makanan yang Disantap Warga Keracunan di Klaten: Ada Rendang, Sayur hingga Krecek

Namun, tahukah Tribuners jika kelezatan manis dari makanan Solo dan Jogja menyimpan sejarah panjang yang berakar sejak zaman penjajahan Belanda?

Warisan Manis dari Sistem Tanam Paksa

Menurut buku Antropologi Kuliner Nusantara: Ekonomi, Politik, dan Sejarah di Balik Bumbu Makanan Nusantara, cita rasa manis ini tak lepas dari kebijakan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1830.

Melalui kebijakan ini, para petani di Pulau Jawa—khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur—dipaksa menanam tanaman komoditas ekspor seperti tebu, kopi, dan teh.

Baca juga: Kasus Keracunan Massal Klaten Telan 133 Korban, Begini Pertolongan Pertama Gejala Keracunan Makanan

Karena kondisi tanah di wilayah ini sangat cocok untuk budidaya tebu, sekitar 70 persen lahan pertanian kala itu disulap menjadi perkebunan tebu.

Dalam waktu singkat, ratusan pabrik gula bermunculan dan menjadikan Jawa sebagai salah satu pusat produksi gula dunia.

Rasa Manis sebagai Bentuk Adaptasi

Namun, di balik kemegahan industri gula, masyarakat pribumi harus menghadapi kenyataan pahit.

Krisis pangan melanda antara tahun 1830 hingga 1870, memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan bahan pangan yang tersedia.

Salah satu caranya adalah dengan mengolah tebu menjadi berbagai makanan, sehingga rasa manis perlahan menjadi bagian dari keseharian masyarakat Jawa.

Baca juga: 2 Pria Ditangkap di Sragen Usai Tilap Truk Berisi Ratusan Dus Makanan & Minuman, Rugikan Rp 600 Juta

Peran Keraton

Pengaruh cita rasa manis ini semakin kuat ketika Keraton Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, sebagai pecahan dari Kerajaan Mataram Islam, turut ambil bagian dalam produksi dan distribusi gula.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved