Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Ayam Tim Goreng Bu Better, Kuliner Legendaris di Palur yang Berdiri Sejak 1969

Hanya ayam kampung yang hidup bebas di luar kandang yang dipakai, bukan ayam hasil peternakan intensif seperti broiler.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
INSTAGRAM/ayamtimgorengbubetter
WARUNG MAKAN LEGENDARIS - Potret dari depan rumah makan Ayam Tim Goreng Dewi Sri "Bu Better" Palur, Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 18 Januari 2020 lalu. Begini sejarah Ayam Tim Goreng Bu Better yang terkenal se-Solo Raya. (INSTAGRAM/ayamtimgorengbubetter) 

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Ada satu kuliner legendaris di Sukoharjo, Jawa Tengah.

Namanya adalah Ayam Tim Goreng Bu Better, yang pusatnya berlokasi di Jl. Raya Solo-Tawangmangu No.229 RT02 RW02
Palur Kulon, Palur, Kec. Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kuliner ini juga memiliki sejarah panjang dalam dunia kuliner di Solo Raya.

Baca juga: 3 Rekomendasi Wisata Sejarah di Klaten Jateng Selain Candi, Napak Tilas Bekas Penyimpanan Mesiu

Sejarah Ayam Tim Goreng Bu Better

Rumah Makan Ayam Tim Dewi Sri Bu Better berdiri sejak tahun 1969 di Palur, Sukoharjo,

Meski berbahan dasar ayam kampung yang umum ditemukan di dapur-dapur Nusantara, racikan Bu Better mampu menghadirkan kelezatan yang berbeda.

Tekstur empuk, bumbu meresap hingga ke tulang, dan rasa gurih-manis yang khas menjadikan ayam tim Bu Better selalu "ngangeni" (bikin rindu).

Tak heran jika pelanggannya datang dari berbagai generasi—anak-anak, remaja, hingga orang tua—dan bukan hanya warga Solo, tapi juga para pelancong dari luar kota bahkan luar negeri.

Baca juga: Sejarah Toko Roti Orion yang Legendaris di Solo, Eksis Sejak 1932, Pencetus Roti Mandarijn Ikonik

Di balik cita rasa yang autentik, tersimpan resep turun-temurun yang tetap dijaga ketat sejak pertama kali diperkenalkan oleh Bu Better lebih dari lima dekade silam.

Ayam Goreng Bu Better.
KULINER SUKOHARJO - Ayam Goreng Bu Better yang legendaris. (Tribun Solo / Istimewa)

Resep itu kini diwariskan kepada menantu Bu Better, Monica Victoria Yayuk Nurhidayati, yang mengelola rumah makan bersama suaminya, Handoko—anak semata wayang Bu Better.

Yang menarik, proses pengolahan ayam tim masih menggunakan kayu karet sebagai bahan bakar pengukus, bukan gas elpiji.

Menurut Yayuk, kayu karet menghasilkan panas tinggi yang membuat daging ayam kampung menjadi empuk sempurna dalam waktu 1–1,5 jam. Setiap bulan, mereka membutuhkan hingga dua truk kayu karet.

Baca juga: Sejarah Mie Ayam Pocong Tugu Lilin Pajang, Kuliner Legendaris di Solo, Pernah Didatangi Ria SW

Selain teknik memasak, pemilihan bahan juga tak main-main.

Hanya ayam kampung yang hidup bebas di luar kandang yang dipakai, bukan ayam hasil peternakan intensif seperti broiler.

Setiap hari, dapur Bu Better mengolah hingga 400 ekor ayam, dan bisa melonjak menjadi 900 ekor per hari menjelang Lebaran.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved