Shopee Sulap Abon Kluwih Jadi Premium, Kisah UMKM di Pinggiran Sleman Tembus Pasar Jerman dan Jepang
Kisah cinta Anis dengan Shopee tumbuh sejak era pandemi Covid-19 yang menjadi momok dunia.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya | Editor: Rifatun Nadhiroh
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNSOLO.COM, SLEMAN - Di sebuah pedesaan bernama Maredan, tepat di Sleman bagian timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, fajar belum lama menyingsing keluar dari sarangnya. Cuitan burung-burung mengisi pagi di tengah mimpi indah warga yang masih terlelap dalam tidur.
Namun, Anis Riyati Primastuti sudah berselancar menyelami gawainya. Mengamati satu per satu pesanan yang masuk dari aplikasi orange favoritnya, apa lagi kalau bukan Shopee.
Kisah cinta Anis dengan Shopee tumbuh sejak era pandemi Covid-19 yang menjadi momok dunia. Betapa tidak, usahanya berjualan abon mulai dikenal luas karena teknologi satu ini membawanya tak hanya merambah pasar lokal, melainkan internasional.
Saat orang-orang sibuk mengeluh tak lagi bebas keluar rumah, Anis justru melihat potensi lain dengan berfokus mengembangkan dan membawa UMKM-nya merambah era digital. Offline bakal ditinggalkan, online adalah masa depan.
Ini pembuktian bahwa nasib seseorang bisa berubah drastis meski hanya berasal dari usaha rumahan. Tergantung pada niat untuk belajar dan memanfaatkan teknologi sebaik mungkin, membangun koneksi melaluinya tanpa harus keluar dari rumah.
Staff Marketing yang Banting Setir Jadi Entrepreneur
Anis menghabiskan masa mudanya bekerja 'kantoran' seperti perempuan kebanyakan yang tengah meniti karier.
Pekerjaan pertamanya jadi merchandiser (MD)—petugas lapangan yang bertugas mengatur dan memajang produk di toko untuk meningkatkan penjualan, di salah satu supermarket. Sales, supervisor hingga staff marketing di perusahaan distributor tissue juga pernah dilakoni perempuan berusia 51 tahun ini.
Berangkat pagi, pulang malam jadi rutinitas semu. Lelah tak bisa mengatur waktu hingga keinginan memiliki buah hati membulatkan tekad Anis berpisah dari pekerjaan.
"Semakin tinggi jabatan kan waktu yang dipertaruhkan makin banyak, waktu itu saya hamil beberapa kali tapi keguguran. Suami saya menghendaki istirahat saja dirumah dan akhirnya saya resign. Alhamdulillah kemudian saya hamil dan punya anak," kata Anis, Kamis (15/5/2025).
Peralihan karyawan menjadi pengangguran sekaligus ibu rumah tangga rupanya tak senyaman bayangannya. Ide-ide terus bermunculan dalam benak dan dirinya tak bisa berdiam diri.
Baca juga: Bersama Shopee, KHDJH Lakukan Sinergi Digital Menembus Pasar Fashion Muslim Nasional
Hatinya tergerak mendirikan usaha kecil-kecilan membuat abon. Ya, makanan olahan kering yang dibuat dari daging, umumnya daging sapi, ayam, atau ikan, yang disuwir-suwir halus dan digoreng hingga kering.
Bagi Anis, abon merupakan produk olahan makanan yang tak lekang oleh waktu alias timeless. Dari 1970-an hingga saat ini, penikmatnya selalu ada. Bahkan menjangkau beragam kalangan—atas, menengah dan bawah, serta beragam usia—muda hingga tua.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, Anis kerap melihat abon dianggap makanan praktis yang digandrungi anak kos hingga wanita karir yang sudah berumah tangga.
"Saya ingat ibu ndulang (menyuapi) saya ketika masih kecil. Sampai setua ini saya pun masih suka dan banyak yang minat. Apalagi juga trending dengan adanya floss roll (abon gulung)," ungkapnya seraya tersenyum.
"Tapi abon bukan makanan yang tren sesaat seperti es kepal milo. Jadi saya melihat kalau saya membuka usaha abon ini prospeknya bagus. Long life usahanya," imbuhnya.
2012 jadi titik start Anis membuka usaha miliknya dengan nama 'Abon Daun Emas'. Tiap pagi jemarinya sibuk memasukkan abon curah yang dibelinya ke dalam kemasan plastik, sebelum nantinya dipasarkan atau dititip jual ke swalayan dan toko kelontong.
Seiring berjalannya waktu, Anis memahami bahwa harus menjaga kualitas produk olahan abonnya demi naik kelas, salah satunya dengan memproduksi abon sendiri. Apalagi jika produknya hanya berkutat di abon sapi dan ayam tentu tak ada pembeda dari penjual abon lainnya.
Pandemi Covid-19 di 2020 membuka pandangan dan pikiran perempuan berkacamata ini untuk mengoptimalkan platform digital sebagai batu loncatan serta upaya tetap survive. Maklum, semua gerak warga dibatasi sehingga mau tak mau penjualannya pun berkurang drastis. Pilihannya jatuh ke Shopee yang kala itu memang naik daun.
Inovasi Abon Kluwih hingga Jantung Pisang

Dari Shopee, dia belajar perlu mencari pembeda ataupun menjual sesuatu yang berbeda agar dilirik konsumen. Tatkala mencari ide, mata Anis berbinar saat melihat jantung pisang yang hendak dibuang oleh tetangganya.
Tiba-tiba terlintas di kepala, mengapa tidak membuat abon dengan jantung pisang? Tak hanya berbeda dan menarik, inovasi ini bisa memperluas pasar dengan menjangkau komunitas vegetarian—yang memilih tak mengonsumsi daging. Peminat pun mengalir deras.
"Saya melihat adanya peluang di vegetarian. Mereka orang yang tidak makan daging, tapi mereka menghendaki adanya abon. Kalau sapi dan ayam saja kan tidak ada uniknya, aku berinovasi ke abon vegetarian, dan itu mendapatkan atensi di Shopee," kata Anis.
Bak durian runtuh, kawasan sekitar kediaman Anis banyak ditumbuhi pohon pisang. Yang mana jantung pisang dari pohon-pohon itu memang selalu dibuang dan tak dimanfaatkan. Apalagi, Indonesia merupakan negara penghasil pisang terbesar ketiga di dunia. Niscaya tak akan ada kesulitan mencari pasokan bahan baku untuk membuat abon jantung pisang.
"Orang hanya berfokus kepada buah pisangnya saja, tidak kepada jantung pisangnya. Padahal jantung pisang itu mengandung unsur hara, tapi kenapa dibuang. Jadi mengapa tidak coba dibuat abon," ujarnya seraya tertawa.
Selain jantung pisang, inovasi lainnya jatuh kepada kluwih. Sama seperti pohon pisang, kekayaan alam di sekitar Maredan juga dipenuhi pohon kluwih. Kluwih sendiri 'tidak payu' jika sudah tua, sementara jika masih muda biasanya disantap sebagai sayur mayur. "Saya itu mengoptimalkan kekayaan alam di sekitar rumah produksi, seperti kluwih. Itu kan kalau muda dipakai untuk sayur, tapi kalau tua cuma dibuang. Daripada dibuang saya manfaatkan," imbuhnya.
Varian produk pun terus dikembangkan oleh Anis. Kini selain abon sapi, ayam, jantung pisang dan kluwih, dirinya juga memproduksi abon tuna, lele hingga varian bernama Mister Bonte yang membidik anak-anak muda yang doyan rasa pedas.
"Ada bisnis b to b, yang menghendaki abon tuna dalam jumlah banyak, 350 kilogram, jadi ya terima saja. Ke depan aku mau membidik segmen kid dan balita. Abon tuna ini paling tepat dari kandungan omeganya banyak," ungkapnya.
Libatkan Warga Setempat, Berbagi Rezeki

Bukan untuk dirinya sendiri. Hal itu selalu Anis tanamkan di benaknya. Termasuk saat memulai usaha Abon Daun Emas.
Banyak perempuan-perempuan tangguh—begitulah ia menyebut ibu-ibu rumah tangga yang juga tetangganya, yang masih punya semangat bekerja tapi terhalang faktor usia. Tergeraklah hatinya untuk sekedar membantu mereka kembali bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah.
"Aku hanya ingin biar ibu-ibu itu bisa dapat penghasilan setelah menikah dan hanya berstatus ibu rumah tangga. Aku lebih pilih cari karyawan dari tetangga yang memang mungkin kesulitan cari kerjaan, bukan buka lowongan besar gitu," jelasnya.
Dari situlah Abon Daun Emas bertumbuh. Lini produksi, sales, admin diisi perempuan-perempuan perkasa. Segala ilmu yang diperoleh diharapkan Anis juga mampu memotivasi mereka untuk bisa menjadi entrepreneur kelak di kemudian hari.
"Awalnya saya sederhana saja. mau nggak kita kerja bareng-bareng bikin abon. Mereka saya ajak, bantu di tim produksi, ternyata kok permintaan naik, saya tambah lagi. Terus berkembang karena semakin tinggi permintaan, saya gunakan mesin. Mereka jadi belajar juga pengoperasiannya," tutur Anis.
"Dulu mereka yang produksi, aku yang nyales keliling. Alhamdulilah ada nilai manfaat dan berkahnya," imbuhnya.
Shopee Perkuat Kualitas UMKM, Aman bagi Pelaku Usaha
Shopee ibarat jendela dunia bagi Anis. Dari aplikasi itulah dirinya belajar hal-hal baru yang bisa makin memperkuat kualitas toko daringnya.
Shopee tak sekedar platform digital bagi Anis dan ribuan pelaku UMKM lainnya, namun juga mitra yang mampu membuat mereka tumbuh berkembang dalam era digital. Baik itu cara promosi terefektif yang mampu menjaring pembeli hingga metode pembayaran digital yang makin simpel bagi customer.
Tak jarang Anis menghabiskan banyak waktu di gawai hanya sekedar berkaca pada sesama penjual lainnya di Shopee sembari belajar fitur yang ada.
Mulai dari fitur Live Shopee yang ternyata mampu menyaring kepercayaan pembeli hingga mengotak-atik fitur diskon yang digandrungi pelanggannya.
Bahkan dari pelatihan Kampus UMKM, Anis mulai memiliki kesadaran untuk memanfaatkan dan mengolah segala limbah dari produksinya alias zero waste. Kulit ayam yang dahulu dibuang secara cuma-cuma kini dibuat keripik kulit ayam. Begitupun kaldu rebusan ayam dimanfaatkannya membuat kremesan ayam.
"Itu sebenarnya upayaku untuk bertahan, dengan mendistribusikan produk secara online dan menambah varian produk. Dibantu Shopee, usahaku survive saat pandemi, aku tidak perlu mengurangi jam kerja, bahkan tidak mengurangi karyawan," jelasnya.
Baca juga: Shopee Satukan Dunia Olahraga dan Belanja dengan Hadirkan Ronaldinho dalam Iklan Terbarunya
Dari Shopee, dia juga belajar mencari market lokal hingga internasional, serta membedakan segmen pasar menengah ke bawah dan menengah ke atas. Dari adanya kemasan yang berbeda, premium dan rapi, bagaimana cara meladeni setiap pertanyaan konsumen dengan ramah, bahkan sekedar tips waktu pengiriman yang membuat konsumen akan datang kembali.
"Saya jadi tahu pentingnya memetakan pasar. Saat membidik segmen menengah ke bawah, yang cocok ya Mirota dan Pamela. Kemasan juga perlu diperhatikan, kemasan bening dengan label diatasnya. Tapi kalau sudah pake standing pouch, aku pasarkan via Shopee, Hypermart, Transmart, sampai Lulu Hypermarket," katanya.
Sekali Shopee, tak akan jatuh ke lain hati. Ungkapan itu diucapkan Anis melihat betapa besar pengaruh aplikasi orange ini ke usahanya. Apalagi Shopee menyajikan keamanan bagi mitra UMKM. Tidak pernah order penipuan terjadi selama Anis berjualan di platform digital ini.
"Aku lebih nyaman dapat orderan di Shopee daripada yang japri, karena kan pasti garansi, nggak ketipu. Kalau Shopee kan uang masuk, di-keep dulu sama Shopee, aku ngirim, barang diterima, uang sudah kembali ke aku," tuturnya.
"Sementara yang japri via WhatsApp ini agak ngeri penipuan sekarang. Jadi beberapa kali aku dikirimi bukti bayar palsu. Nanti misal terus ada yang bilang kelebihan nol satu, harus dikembalikan gitu. Hal semacam itu kan nggak terjadi di Shopee," ujarnya.
Tembus Jerman dan Jepang, Penghargaan Datang Bertubi-tubi

Sore hari di pertengahan tahun 2022, notifikasi masuk dan muncul di layar gawai Anis. Pesanan sekitar 300 pieces Abon Jantung Pisang tercatat. Setengah sadar, Anis melihat stok abonnya di rumah produksi. Sejenak berselang, barulah dia sadar pesanan datang dari negeri seberang nun jauh di sana.
Olahan abon dari pelosok desa ini berhasil terjual hingga 11.363 kilometer jauhnya. Menjangkau benua lain. Merambah negara penghasil merek mobil terkemuka di dunia, seperti BMW, Mercedes-Benz, Audi, dan Volkswagen. Ya, Abon Daun Emas sudah masuk ke Jerman.
"Senangnya bukan main, waktu itu langsung kita siapkan dan kirim. Nggak nyangka awalnya," kata Anis.
Negeri Sakura tak ketinggalan, diaspora di sana juga kepincut abon vegetarian, khususnya Abon Kluwih. Jadi Abon Daun Emas sudah sukses mengekspor ke Jerman, Jerman, termasuk dua negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.
Lagi-lagi berkat Shopee, Abon Daun Emas sukses merambah pasar lokal dan internasional. Pelanggan Anis memang datang dari seluruh pelosok Indonesia.
Di Tanah Air sendiri, dari ujung barat nusantara yakni Aceh, hingga ujung barat di Papua pernah merasakan nikmatnya abon yang diproduksi tanpa bahan pengawet dan MSG tersebut. Bahkan Yayasan Kanker Anak Indonesia merupakan pelanggan tetap lantaran mencari abon non MSG.
"Enaknya Shopee itu bantu aku bisa sampai seluruh Indonesia. Ada dari Kalimantan, Aceh, dulu saya juga punya pelanggan di Papua. Sering banget beli, kurang lebih bisa 6-10 kilo belinya tiap sekali kirim," ungkapnya.
Perubahan dari pemasaran secara offline ke online sangat dirasakan Anis. Sebab, di awal berjualan timnya hanya memproduksi rata-rata 8-10 kg per harinya. Namun, setelah Shopee hadir di hidupnya, dalam sehari Abon Daun Emas rata-rata memproduksi paling sedikit 100 kg per hari. Bahkan penjualan tertingginya pernah menyentuh angka tiga digit.
"Sangat membantu Shopee ini, terutama saat awal pandemi. Dalam sehari pasti ada saja pesanan masuk dari Shopee. Tapi ya harus telaten, kan orang ordernya satu-satu, kalau kita nggak hati-hati kita bisa direview jelek," ungkapnya.
Sejumlah inovasi Anis yang tak bisa dilepaskan dari andil Shopee ini mendapat pengakuan pemerintah. Abon Daun Emas pun diganjar penghargaan. Salah satunya masuk ke dalam daftar 20 besar Indonesian Food Innovation di Kementerian Perindustrian. "Pernah juga menang Pangan Award dari Kementerian Perdagangan tahun 2023, waktu itu juara 1 untuk produk olahan Abon Jantung Pisang," kata Anis.
Dampak Signifikan Digitalisasi Bisnis via Shopee
Anis hanyalah salah satu dari ribuan UMKM mitra Shopee dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi DIY, tahun 2024 akhir setidaknya tercatat ada 5.000 pelaku usaha yang telah mengakses Shopee untuk menjadi merchant.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi DIY, Srie Nurkyatsiwi memprediksi jumlah itu akan terus bertambah di masa mendatang, mengingat digitalisasi UMKM akan menjadi kebutuhan mutlak.
"Dari data SiBakul itu ada sebanyak 346.144 pelaku usaha UMKM. Tahun lalu saja ada 6.000 data penambahan pelaku usaha baru yang telah lolos kurasi SiBakul Markethub. Digitalisasi UMKM ini sangat diperlukan," ujar Siwi, sapaan akrabnya, ketika dihubungi TribunSolo.com, Selasa (27/5/2025).
Pandemi dinilai sebagai salah satu pemicu yang empercepat pergeseran perilaku konsumen ke arah digital. Dari sudut pandang Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi DIY, Siwi melihat digitalisasi bukan hanya alat bantu, tetapi sebuah strategi transformasi untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing UMKM di tengah perubahan ekonomi global.
Alasannya pun, kata dia, sederhana namun krusial. Seperti konsumen kini lebih banyak berbelanja secara online. Persaingan juga semakin ketat, baik dari pelaku usaha lokal maupun luar negeri.
"Teknologi digital membuka akses ke pasar yang lebih luas, bahkan hingga internasional. Dan dari digitalisasi UMKM ini efisiensi bisnis dapat ditingkatkan, mulai dari pemasaran, manajemen stok, hingga transaksi keuangan," jelasnya.
UMKM yang menerapkan digitalisasi bisnis sudah pasti mendapatkan dampak positif yang signifikan. Khususnya dari peningkatan omzet. Sebab akses ke pasar digital memungkinkan pelaku UMKM menjual produk tidak hanya di lingkup lokal, tetapi nasional dan global.
"Platform e-commerce seperti Shopee, media sosial, dan digital marketing sangat membantu dalam hal ini. Belum lagi penciptaan lapangan kerja baru," katanya.
Menurutnya, digitalisasi juga membuka jenis pekerjaan baru, seperti admin media sosial, content creator, hingga manajer toko online. "Ini artinya, bukan hanya omzet yang meningkat, tapi juga tenaga kerja yang terserap lebih banyak, terutama generasi muda," imbuh Siwi.
Komitmen Shopee Naikkan Kelas UMKM Indonesia
Shopee menegaskan komitmennya untuk membantu para pelaku UMKM Indonesia tanpa pandang bulu makin melek digital.
Harapannya Shopee bisa menjadi jembatan ribuan UMKM untuk menembus pasar internasional serta naik kelas dengan mudah melalui platform digital.
Salah satu caranya adalah dengan mendirikan Kampus UMKM Shopee yang secara masif bisa diakses Anis dan kawan-kawannya dari berbagai daerah.
"Kami mendirikan Kampus UMKM Shopee di beberapa kota besar seperti Solo, Bandung, Semarang, dan Jakarta, di mana pelaku usaha bisa mendapatkan pelatihan lengkap dari membuka toko hingga belajar live streaming dan mengelola ekspor produk,” ujar Direktur Eksekutif Shopee Indonesia Christin Djuarto, seperti dikutip dalam kanal Youtube Gita Wirjawan dengan judul Genjot UMKM Tembus Pasar Global.
Baca juga: Strategi Shopee Perkuat Penjualan Brand Lokal dan UMKM hingga Terjual 7,5 Kali Lipat di Shopee Live
Christin mengungkap besarnya potensi UMKM di Indonesia, hanya saja masih banyak yang belum memanfaatkan platform digital untuk makin memperlebar usahanya.
Dalam kesempatan itu, Christin menyebut ada 5 juta lebih penjual aktif yang bermitra dengan Shopee. Namun jumlah itu masih terbilang kecil, lantaran adanya 60 juta UMKM dari seluruh penjuru Tanah Air.
Adanya program ekspor menjadi salah satu cara Shopee memberikan sumbangsih kepada pelaku UMKM. Tiada lagi prosedur ekspor yang rumit ke depannya dengan digitalisasi. Sehingga Christin pun percaya digitalisasi UMKM akan menjadi penggerak utama ekonomi Indonesia ke depan.
"Dengan dukungan teknologi, edukasi, dan akses keuangan yang tepat, UMKM dari Sabang sampai Merauke akan mampu bersaing secara global. Harapan saya, pada 2045 Indonesia sudah menjadi salah satu kekuatan ekonomi digital terdepan di dunia, dan Shopee akan terus berkontribusi dalam mewujudkan mimpi besar tersebut,” jelasnya.
Kisah Cinta yang Terus Berkelanjutan
Kisah cinta Anis dengan Shopee hanyalah satu dari ribuan pelaku UMKM yang juga mengecap manis manfaat platform digital orange tersebut. Tak bisa dinafikkan dunia akan terus berkembang. UMKM pun bisa terus berjalan beriringan dengannya asalkan adanya niat dari masing-masing pelaku untuk bertransformasi.
Digital itu kenyataan, Shopee hadir untuk memberi kesempatan, tinggal setiap individu memanfaatkannya atau tidak. Entah apapun usahanya, Shopee sudah menyiapkan panggung bagi mereka pejuang rupiah untuk naik kelas. Maka bagi kalian pelaku UMKM di luar sana, bermimpilah setinggi mungkin. Siapa tahu kalian akan menjadi Anis selanjutnya yang merambah pasar global lewat usaha rumahan di pelosok desa.
(*)
Kualitas dan Konsistensi Jadi Kunci Aditya Sukses Berkarya Sebelum 30 Membangun BLIZER |
![]() |
---|
Soloraya Great Sale Dorong UMKM Cetak 158 Ribu Transaksi, Fasilitas Gratis di Mall hingga Bandara |
![]() |
---|
Reaksi Jokowi saat Bertemu Temannya Bernama Mulyono, di Reuni Fakultas Kehutanan UGM Angkatan 1980 |
![]() |
---|
UMKM & Brand Lokal di Era Persaingan E-Commerce: Riset IPSOS Ungkap Lanskap Perkembangan di 2025 |
![]() |
---|
Sumringahnya Pedagang UMKM di Klaten Fair 2025: Penjualan Naik Drastis, Harap Event Rutin Digelar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.