Makam Kyai Ageng Henis Solo
Cerita Hartini, Juru Kunci Pasareyan Dalem Kyai Ageng Henis yang Harus Tarik Biaya Bagi Pengunjung
Hartini mengaku menjadi keturunan ke sekian yang menjadi juru kunci atau penjaga makam kuno tersebut dari zaman nenek buyutnya.
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Rifatun Nadhiroh
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Hartini (69) menjadi juru kunci kesekian yang kini mengelola makam atau Pasareyandalem Kyai Ageng Henis. Tokoh pendiri Masjid Laweyan maupun Kampung Batik Laweyan.
Ia mengaku menjadi keturunan ke sekian yang menjadi juru kunci atau penjaga makam kuno tersebut dari zaman nenek buyutnya.
Bahkan saking telah diturunkan ke banyak keluarganya, Hartini sampai lupa ia merupakan juru kunci ke berapa di sana.
"Wah lupa, dari zaman mbah-mbah saya sudah jadi juru kunci di sini," ungkap Hartini.
Baca juga: Cara Menuju Makam Kyai Ageng Henis dan Masjid Laweyan Masjid Pertama di Solo, Aksesnya Mudah Lho
Sejak sang ibu meninggal dunia, Hartini menggantikan posisi juru kunci di makam kuno tersebut.
Ia pun menjadi satu-satunya pemegang kunci gembok yang menjadi akses masuk ke kompleks makam tersebut.
Dari pantauan TribunSolo.com, lokasi makam kuno tersebut memang terbilang rapi dan bersih.
Ternyata perawatan makam kuno itu merupakan pekerjaan sehari-hari Hartini sejak menjadi juru kunci di sana.
Hartini harus memastikan lokasi tersebut bersih dan tertata rapi.
Setiap hari Hartini akan membersihkan sampah daun-daun kering yang berjatuhan di makam.
Meski demikian, ada kisah pilu yang diungkap oleh Hartini.
Dimana kompleks makam yang masuk ke dalam bangunan cagar budaya itu belum pernah tersentuh perawatan dari pihak pemerintahan selama ini.
"Kalau kebersihan dan perawatan dari saya, dananya ya dari peziarah seikhlasnya. Padahal itu kan banyak rumput dan butuh banyak orang untuk membersihkan," urainya.
Baca juga: Wisata Religi Pasareyan Dalem Kyai Ageng Henis dan Masjid Laweyan Solo yang Hampir Terlupakan
Ia pun akhirnya harus memungut biaya seikhlasnya kepada pengunjung yang datang.
Dan dana dari para pengunjung itu nantinya digunakan untuk perawatan makam.
"Nggak, nggak. Belum pernah. Tapi memang untuk memugar memang harus izin keraton dulu, soalnya ini kan masih milik Keraton Solo," kata Hartini.
Menjadi salah satu lokasi yang memiliki nilai sejarah bagi Kora Solo, Hartini berharap cerita perjuangan Kyai Ageng Henis dan petilasannya ini tetap diingat oleh masyarakat terutama kaum muda.
"Ini kan pesarean paling tua, ya harapannya agar penerus bisa tetap ikut merawat tempat ini juga," pungkasnya.
(*)
Rekomendasi Oleh-oleh Bisa Dibeli Saat Jalan-jalan ke Pasareyan Dalem Kyai Ageng Henis Laweyan Solo |
![]() |
---|
Rekomendasi Kuliner di Kawasan Pasareyan Dalem Kyai Ageng Henis & Masjid Laweyan, Ada Ledre dan Kafe |
![]() |
---|
Sejarah Masjid Laweyan Masjid Pertama di Solo dan Makam Kakek Raja-raja Mataram Islam,Ki Ageng Henis |
![]() |
---|
Rekomendasi Penginapan dan Hotel di Kawasan Pasareyan Dalem Kyai Ageng Henis Laweyan Solo |
![]() |
---|
Cara Menuju Makam Kyai Ageng Henis dan Masjid Laweyan Masjid Pertama di Solo, Aksesnya Mudah Lho |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.