Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Karanganyar

Asal-usul Nama Desa Selokaton di Gondangrejo Karanganyar, Ada Kisah Batu Besar

Desa Selokaton menyimpan kisah sejarah menarik yang turun-temurun diceritakan oleh para sesepuh.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Google Maps
SEJARAH DESA KARANGANYAR - Plang Desa Selokaton di Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Begini asal-usul nama Desa Selokaton. 

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Selokaton adalah desa di kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

Desa Selokaton menyimpan kisah sejarah menarik yang turun-temurun diceritakan oleh para sesepuh.

Konon, nama Selokaton berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yakni Selo berarti batu dan Katon berarti terlihat.

Baca juga: Asal-usul Nama Desa Karangturi di Gantiwarno Klaten, Bermula dari Ucapan Ki Bei Surongso

Nama ini merujuk pada keberadaan sebuah batu besar berdiameter sekitar dua meter yang terletak di bawah pohon asam tua.

Batu ini dapat terlihat jelas dari jalan raya dan dahulu menjadi tanda atau penanda bagi para pedagang serta pejalan kaki yang melintasi wilayah itu, terutama dari arah Gemolong ke Solo.

Batu yang disebut “watu ketok” atau batu yang terlihat, menjadi lokasi istirahat alami bagi mereka yang menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki.

Pada masa lalu, jalur Solo–Purwodadi masih berupa jalan tanah padat, dan Selokaton menjadi titik strategis dalam perjalanan menuju kota.

Baca juga: Asal-usul Alas Mbogo Wonogiri, Dulu Dikenal Angker dan Mistis, Kini jadi Destinasi Wisata Religi

Tak hanya menjadi tempat istirahat, kawasan sekitar batu juga menyimpan nilai budaya dan spiritual.

Masyarakat masih mengenang tradisi berjalan kaki saat Malam Satu Suro, di mana warga dari berbagai penjuru, termasuk dari Gemolong, berjalan kaki menuju Keraton Surakarta untuk menyaksikan kirab malam dan melihat kerbau keramat (Kyai Slamet).

Meski kini telah banyak kendaraan, sebagian warga tetap melestarikan kebiasaan jalan kaki sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur.

Batu besar berwarna hitam yang menjadi asal-usul nama desa masih ada hingga kini.

Baca juga: Asal-usul Petirtaan Cabean Kunti yang jadi Wisata Religi di Boyolali, Legenda Joko Bandung dan Kunti

Warga dan pemerintah desa merawat batu tersebut dengan membuatkan pagar pelindung di sekelilingnya, termasuk pohon asam yang menaunginya.

Hal ini bukan karena batu tersebut dikeramatkan, melainkan sebagai bentuk penghormatan terhadap simbol sejarah desa.

Setiap tahun, warga menyelenggarakan acara bersih dusun dan sedekah bumi di sekitar punden batu tersebut.

Dulu, masih ada warga yang datang untuk meletakkan sesaji atau bahkan bertapa, namun kini praktik tersebut sudah bergeser menjadi tradisi simbolis yang lebih umum.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved