Fakta Menarik Tentang Karanganyar
Sejarah Astana Giribangun di Karanganyar, Kompleks Pemakaman yang Dibangun untuk Keluarga Soeharto
Kini, Astana Giribangun tidak hanya berfungsi sebagai makam keluarga Cendana, tetapi juga menjadi destinasi wisata religi.
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Salah satu destinasi wisata religi di Karanganyar yang terkenal adalah Astana Giribangun.
Astana Giribangun yang berlokasi di Matesih Karanganyar ini merupakan kompleks makam keluarga Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto.
Berlokasi di lereng Gunung Lawu pada ketinggian sekitar 660 mdpl, kompleks makam ini berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 4,3 hektar di Bukit Ngaglik, Desa Girilayu, Kecamatan Matesih.
Suasana sejuk khas pegunungan berpadu dengan pemandangan hijau yang indah membuat kawasan ini terasa damai dan khidmat.
Baca juga: Kisah Masjid Al Fatih Kepatihan Solo yang Tetap Kokoh Tak Tersentuh Api Saat Kebakaran Hebat 1948
Sebelum berdiri Astana Giribangun, area ini merupakan kompleks pemakaman keluarga Pura Mangkunegaran bernama Astana Mangadeg.
Pada tahun 1974, Presiden Soeharto memutuskan membangun Astana Giribangun sebagai tempat peristirahatan keluarga Cendana.
Keluarga Soeharto disebut Keluarga Cendana karena rumah kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat, menjadi asal penamaan tersebut.
Pada Jumat Wage, 23 Juli 1976, kompleks makam keluarga Cendana ini diresmikan.
Astana Giribangun terdiri dari tiga cungkup utama:
Cungkup Argosari: cungkup paling utama, tempat dimakamkannya Presiden Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah (Tien Soeharto). Di sini pula dimakamkan orang tua Siti Hartinah, pasangan Soemarharjomo, keturunan Mangkunagoro III.
Baca juga: Ada Bekas Kamar Bung Karno di Loji Gandrung Rumah Dinas Wali Kota Solo, Konon Ada Kisah Mistisnya
Cungkup Argokembang: diperuntukkan bagi para pengurus pleno dan seksi Yayasan Mangadeg.
Cungkup Argotuwuh: menjadi tempat peristirahatan bagi pengurus Yayasan Mangadeg maupun keluarga besar Mangkunegaran.
Kini, Astana Giribangun tidak hanya berfungsi sebagai makam keluarga Cendana, tetapi juga menjadi destinasi wisata religi.
Ribuan peziarah dari berbagai penjuru Indonesia datang setiap hari, baik untuk mendoakan maupun sekadar menelusuri jejak sejarah Soeharto, tokoh yang penuh kontroversi dalam perjalanan bangsa.
Akses menuju Astana Giribangun cukup mudah.
Pengunjung bisa menempuh jalur Solo–Tawangmangu dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Kompleks ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 17.00.
(*)
Mengenal Sanggar Sarotama di Jaten Karanganyar, Sekolah Dalang yang Sudah Berdiri Sejak 1993 |
![]() |
---|
Sejarah Monumen Tanah Kritis di Jumantono Karanganyar, Didirikan Sejak Era 80-an |
![]() |
---|
Asal-usul Air Terjun Parang Ijo di Karanganyar Jateng, Konon Dipercaya Terbentuk Akibat Banjir Besar |
![]() |
---|
Asal-usul Sapta Tirta Pablengan Karanganyar, Konon Tempat Pangeran Sambernyawa Dapat Petunjuk Gaib |
![]() |
---|
Kisah Menarik Dibangunnya Tugu Boto di Klodran Colomadu Karanganyar, Hasil Gotong Royong Warga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.