Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Tukang Sepuh Emas Kuliahkan Anak di ITB

Santi Tukang Sepuh Emas di Solo Ungkap Amalan hingga 2 Anaknya Bisa Masuk ITB : Rutin Qobliyah Subuh

Santi mengaku tak memiliki amalan khusus selain melakukan ibadah seperti ibu-ibu lainnya agar sang anak bisa kuliah di ITB.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM/AHMAD SYARIFUDIN dan TRIBUN JABAR/Muhamad Nandri Prilatama
SOSOK IBU TANGGUH - Tukang Sepuh Emas, Santi Endartati (49) memperlihatkan foto anaknya, Oryza Sativa yang baru saja diterima di ITB ketika ditemui TribunSolo.com di lapaknya di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (9/8/2025) (kiri) dan bagian ikonik kampus ITB (kanan). Santi Endartati mengaku tak punya amalan khusus agar sang anak bisa kuliah di ITB, dia hanya memiliki kebiasaan salat tahajud dan qobliyah subuh. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO -  Tak ada yang lebih menguatkan hati Santi Endartati (49) selain keyakinan bahwa doa dan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil.

Di balik kesederhanaan hidup sebagai tukang sepuh emas, ia menyimpan kekuatan spiritual yang menjadi penopang utama perjuangannya dalam menyekolahkan dua anaknya.

Santi bukan berasal dari keluarga berkecukupan.

Baca juga: Kisah Perjuangan Santi, Ibu Tangguh Tukang Sepuh Emas di Solo Mampu Kuliahkan 2 Anaknya di ITB

Suaminya sakit-sakitan sejak 10 tahun lalu akibat glaukoma.

Hal ini membuatnya harus menjadi tulang punggung keluarga.

Namun kini, ia panen kebahagiaan: dua anaknya, Arjuna dan Oryza Sativa, berhasil masuk Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia.

Amalan di Balik Doa yang Tak Putus

Saat ditemui di lapaknya yang sederhana di pertigaan Jalan Reksoniten dan Gajah Suranto, Solo, Jawa Tengah, Santi mengaku tak memiliki amalan khusus selain melakukan ibadah seperti ibu-ibu lainnya.

Tapi ia menyebutkan beberapa amalan yang menjadi rutinitas spiritualnya: sholat tahajud, qobliyah Subuh, dan mendoakan anak-anaknya setiap usai sholat.

Baca juga: Kisah Haru dan Inspiratif Tukang Sepuh Emas di Solo Kuliahkan 2 Anaknya di ITB, Didatangi Rektor

 “Seperti ibu-ibu lainnya, mendoakan anaknya. Tiap sholat doain anaknya. Tahajud, qobliyah Subuh,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Baginya, amalan tersebut bukan sekadar ritual, tapi bentuk ikhtiar batin yang ia lakukan di tengah ketidakpastian hidup.

Di antara harapan yang kadang nyaris padam, ia memilih untuk tetap menggantungkan semuanya kepada Tuhan.

SOSOK IBU TANGGUH - Tukang Sepuh Emas, Santi Endartati (49) memperlihatkan foto anaknya, Oryza Sativa yang baru saja diterima di ITB ketika ditemui TribunSolo.com di lapaknya di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (9/8/2025).
SOSOK IBU TANGGUH - Tukang Sepuh Emas, Santi Endartati (49) memperlihatkan foto anaknya, Oryza Sativa yang baru saja diterima di ITB ketika ditemui TribunSolo.com di lapaknya di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (9/8/2025). (TRIBUNSOLO.COM/AHMAD SYARIFUDIN)

Kisah Perjuangan Santi

Sebelum menjadi tukang sepuh emas, Santi sempat mencoba menerima pesanan kue.

Namun keadaan mengarahkannya untuk mengikuti jejak ibunya menjadi tukang sepuh emas.

Penghasilannya tak menentu, bahkan ia mengaku bisa tidak mendapat uang sama sekali selama lebih dari seminggu.

“Kadang 4-10 hari nggak dapat sama sekali,” ucapnya.

Dalam keterbatasan itulah ia terus memotivasi kedua anaknya. Ia tak mampu membiayai kuliah mereka sendiri, namun yakin Allah akan memberi jalan.

“Saya motivasi. Kamu pasti bisa. Yakin saja. Saya yakin ada jalannya,” tutur Santi.

Baca juga: Viral Kasus Mahasiswi ITB Bikin Meme Prabowo-Jokowi Ciuman, Pakar Hukum Sebut Tak Bisa Dilanjut

 Dari Lapak Sepuh Emas ke Kampus ITB

Anak pertamanya, Arjuna, saat ini kuliah di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTPM) ITB sejak 2022.

Sementara anak keduanya, Oryza Sativa, diterima tahun ini di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB melalui jalur SNBP.

Keduanya adalah penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K).

Meski begitu, Santi tetap harus mengatur pengeluaran untuk biaya hidup sehari-hari anak-anaknya selama kuliah. Namun, ia bersyukur karena anak-anaknya terbiasa hidup sederhana dan bisa mengelola uang dengan baik.

“Makanannya nggak terlalu mahal. Kakaknya udah lama tahu mana yang murah. Alhamdulillah bisa ngatur,” ujarnya.

Kini, Arjuna tengah bersiap menyelesaikan semester terakhir dan insyaAllah akan wisuda tahun depan.

Santi merasa satu demi satu doanya mulai dikabulkan. Baginya, semua ini bukan hasil dari keberuntungan semata, tapi buah dari kesabaran, kerja keras, dan doa yang tak pernah putus.

Meski hidup pas-pasan, anak-anaknya tak pernah merasa minder.

Mereka bahkan sering membantu ibunya saat libur, duduk di lapak kecil miliknya yang kini menjadi saksi bisu perjuangan sebuah keluarga kecil menuju cita-cita besar.

Jurusannya Termasuk Sulit Ditembus di ITB

Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menjadi salah satu tujuan utama calon mahasiswa dalam Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025.

Berdasarkan data terbaru dari Direktorat Pendidikan ITB, lima fakultas dan sekolah di kampus tersebut tercatat memiliki tingkat keketatan tertinggi dalam penerimaan mahasiswa baru tahun ini.

Pendaftaran SNBT 2025 telah dibuka dan akan berlangsung hingga 27 Maret 2025.

Para peserta diimbau mempertimbangkan tingkat persaingan di jurusan atau fakultas yang mereka pilih, terutama bagi yang menargetkan masuk ke ITB.

ITB sendiri memiliki total 12 fakultas dan sekolah, serta 1 sekolah pascasarjana. Dari jumlah tersebut, berikut lima fakultas/sekolah dengan tingkat persaingan tertinggi di SNBT 2025:

1. Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI-K)

Keketatan: 3 persen

STEI-K menjadi fakultas dengan tingkat persaingan paling ketat di ITB.

Hanya 3 persen dari total pendaftar yang berhasil diterima.

Sekolah ini menaungi program studi unggulan seperti Teknik Informatika serta Sistem dan Teknologi Informasi.

2. Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM-G)

Keketatan: 4 persen

Menyusul di posisi kedua, FTTM-G Kampus Ganesha mencatat keketatan sebesar 4 persen.

Fakultas ini banyak diminati karena reputasinya dalam bidang teknik eksplorasi dan energi.

3. Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM-G)

Keketatan: 4 persen

SBM-G juga mencatat keketatan 4 persen, sejajar dengan FTTM-G.

Sekolah ini populer di kalangan pendaftar karena fokusnya pada pengembangan kompetensi bisnis dan kewirausahaan.

4. Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK-G)

Keketatan: 5 persen

SAPPK-G menempati posisi keempat dengan tingkat persaingan sebesar 5 persen. Sekolah ini menawarkan program studi terkait arsitektur, tata kota, dan kebijakan pembangunan.

5. Fakultas Teknologi Industri (FTI-RI)

Keketatan: 5 persen

Di posisi kelima, FTI-RI juga mencatat keketatan sebesar 5 persen.

Fakultas ini mencakup Program Studi Teknik Industri dan Manajemen Rekayasa, yang banyak diminati karena aplikasinya yang luas di sektor industri.

(*)

 

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved