Sebaran Apem Klaten
Tradisi Berebut Apem di Jatinom Klaten : Tendang-tendangan demi Rebut Berkah Setahun Sekali
Setahun sekali, warga dari berbagai daerah berkumpul di Jatinom. Demi apem berkah, dorong-dorongan hingga tertendang pun dianggap biasa.
Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Di bawah terik matahari siang, suasana di Kelurahan Jatinom, Klaten, mendadak riuh.
Ribuan orang tumpah ruah di lapangan, mata mereka menatap ke satu arah: apem-apem yang beterbangan dari panggung.
Inilah Saparan atau Yaa Qawiyyu, tradisi sebaran apem yang setiap tahun selalu ditunggu.
Bagi Slamet Wiyono (50), warga Desa Sudimoro, Tulung, tradisi ini bukan sekadar ritual.
Ia pulang dengan senyum lebar, tangannya menggenggam plastik berisi belasan apem hasil perjuangannya.

"Suasananya seperti orang berantem, enggak rebut-rebut lagi. Tendang-tendangan tapi enggak kita rasain, kan kita mencari berkah," ujarnya sambil tertawa, Jumat (8/8/2025).
Bagi Slamet, saling dorong, kepinjak, bahkan nyaris terjatuh, adalah hal yang biasa.
“Kepinjek itu sudah biasa, berapa jadi kayak orang berantem. Tapi ya kalau udah ya udah, pada ketawa-ketawa,” tambahnya.
Perjuangan itu terbayar manis. Dari rebutan yang heboh itu, Slamet berhasil mengantongi 10 hingga 15 apem.
“Rasanya senang, bahagia masalahnya ini kan berkah yang kita cari kita tunggu-tunggu 1 tahun. Jadi yang kita arep-arep gitu,” katanya, masih memamerkan senyumnya.
Tak hanya orang-orang berpengalaman seperti Slamet, Saparan juga menjadi magnet bagi generasi muda.
Sabna (19), gadis asal Klaten Tengah, mengaku baru kali ini ikut serta.
"Kayak seru aja. Kan belum pernah, baru sekali (ikut)," ucapnya.
Ia hanya mendapat tiga apem, tapi itu cukup untuk dibagi bersama teman-temannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.