Wisata di Klaten
6 Rekomendasi Wisata Hits di Bayat Klaten Jateng, Ada Bukit Romantis dan Spot Ala Negeri Dongeng
Berikut rekomendasi 6 tempat wisata hits di Bayat, Klaten, yang wajib kamu datangi.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Bayat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan.
Memiliki topografi perbukitan, Bayat memiliki sederet destinasi wisata alam yang menarik.
Baca juga: Asal-usul Embung Manajar di Selo Boyolali : Awalnya Tempat Penampungan Air, jadi Destinasi Wisata
Berikut rekomendasi 6 tempat wisata hits di Bayat, Klaten, yang wajib kamu datangi.
1. Bukit Cinta Watu Prahu

Lokasi : Jalan Raya Bayat, Desa Gunung Gajah.
Resmi dibuka pada akhir 2017, Bukit Cinta menawarkan pengalaman berada di ketinggian dengan panorama luas termasuk Kota Klaten dan Candi Prambanan.
Spot hits untuk menikmati alam sambil selfie dengan latar cakrawala.
Lokasi Bukit Cinta Watu Prahu ini berjarak 32 kilometer dari Titik Nol Kilometer Solo atau Pusat Kota Solo, bisa ditempuh 1 jam 2 menit sepeda motor.
Baca juga: Asal-usul Watu Sepur di Bayat Klaten, Ada Batu Tertua dan Tempat yang Dikenal Mistis
2. Watu Sepur

Lokasi : Dukuh Bogoran, Desa Jotangan.
Formasi bebatuan mirip ombak sepanjang 100 meter ini menjadi daya tarik unik.
Pengunjung harus menanjak lewat jalur setapak dan hutan mahoni, lengkap dengan gazebo, hammock, fasilitas memanah, dan mushola.
Suasana teduh dan alami sangat cocok untuk healing.
Lokasi Watu Sepur ini berjarak 39 kilometer dari Titik Nol Kilometer Solo atau Pusat Kota Solo, bisa ditempuh 1 jam 3 menit sepeda motor.
Baca juga: Asal Usul Bukit Sekipan di Tawangmangu Karanganyar, Konon Jadi Tempat Berburu Para Pangeran
3. Bukit Sidoguro

Lokasi : Ngeblak, Desa Krakitan.
Dikenal sebagai “Bukit Turis”, tempat ini menggabungkan taman modern dengan nuansa budaya.
Dengan pohon buatan dan struktur artistik menyerupai taman terkenal internasional, Bukit Sidoguro juga menjadi pusat tradisi ketupatan setiap 8 Syawal.
Lokasi Bukit Sidiguro ini berjarak 40 kilometer dari Titik Nol Kilometer Solo atau Pusat Kota Solo, bisa ditempuh 1 jam 4 menit sepeda motor.
Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata di Selo Boyolali Jateng : dari Waduk Buatan, sampai Spot Foto Instagramable
4. Kawah Putih Negeri Dongeng
Lokasi : Dukuh Gajahrejo, Desa Talang.
Kawasannya mirip kawah putih, lengkap dengan danau kecil dan gazebo.
Spot foto estetik dan pemandangan menawan membuatnya layak disebut "negeri dongeng".
Rencana penambahan replika keajaiban dunia meningkatkan daya tariknya.
Lokasi Kawah Putih Negeri Dongeng ini berjarak 36 kilometer dari Titik Nol Kilometer Solo atau Pusat Kota Solo, bisa ditempuh 1 jam sepeda motor.
Lokasi : Desa Banyuripan, Bayat, Klaten.
Meskipun namanya “Cemoro Sewu” (seribu cemara), lokasi ini menawarkan ratusan pohon cemara dan jati.
Trek hiking sekitar 400 meter menuju puncak menawarkan pemandangan luar biasa.
Cocok untuk camping, ber-selfie, menikmati sunset, dan mengunjungi mini-zoo dengan hewan seperti kuda dan ular.
Buka setiap hari dari 08.00–17.00 WIB.
Lokasi Cemoro Sewu Banyuripan ini berjarak 45 kilometer dari Titik Nol Kilometer Solo atau Pusat Kota Solo, bisa ditempuh 1 jam 9 menit sepeda motor.
6. Rowo Jombor

Lokasi : Dukuh Jombor, Desa Krakitan.
Waduk seluas 198 hektar ini awalnya dibangun untuk pengendalian banjir dan irigasi. Kini, juga jadi pusat pariwisata dan perikanan. Aktivitas seru di sini meliputi:
- Makan di warung apung.
- Naik perahu wisata.
- Menikmati lanskap dan senja.
- Berjalan di tepi waduk.
Lokasi Rowo Jombor berjarak 38 kilometer dari Titik Nol Kilometer Solo atau Pusat Kota Solo, bisa ditempuh 1 jam 3 menit sepeda motor.
Waktu terbaik: sore hari untuk menikmati sunset (Cemoro Sewu & Rowo Jombor), atau pagi hari untuk suasana sejuk dan tenang.
Perlengkapan: pakai alas kaki nyaman saat trekking seperti di Watu Sepur & Cemoro Sewu.
Fasilitas umum: bawa tumbler dan selalu bawa bekal jika berencana camping.
Transportasi: kawasan ini terpencar — gunakan motor atau mobil, dengan opsi ojek lokal jika perlu.
Nama "Bayat" diyakini berasal dari kata tembayatan, yang bermakna hidup rukun dan saling membantu—sebuah nilai luhur yang lahir dari perjalanan Ki Ageng Pandanaran, seorang tokoh penyebar Islam yang pernah menjadi Adipati Semarang.
Dilansir dari berbagai sumber, Ki Ageng Pandanaran diutus oleh Sunan Kalijaga untuk menyebarkan Islam ke wilayah selatan Jawa.
Dalam pengembaraannya, ia menetap di beberapa daerah, termasuk Salatiga, Boyolali, Klaten, dan akhirnya Bayat. Nama-nama ini menjadi toponimi yang mencerminkan rute dakwahnya.
Baca juga: Asal-usul Nama Begajah yang jadi Kelurahan di Sukoharjo: Kisah Tragis 2 Ekor Gajah Keraton Surakarta
Di Bayat, Ki Ageng Pandanaran dikenal bukan hanya karena ilmu agamanya, tetapi juga karena kesaktiannya.
Dalam Babad Bayat, disebutkan bahwa ia memenangkan banyak adu kesaktian, di mana pemenangnya berhak menyebarkan syariatnya kepada pihak yang kalah.
Konon, berkat kemenangan-kemenangan ini, banyak tokoh lokal seperti Syeh Domba dan Syeh Bela-Belu yang akhirnya masuk Islam melalui proses bai'at yang juga diyakini sebagai asal-usul nama “Bayat”.
Bayat dan Tradisi Batik
Seiring berkembangnya pusat penyebaran Islam, Bayat juga tumbuh menjadi pusat budaya dan ekonomi rakyat.
Salah satu industri kreatif yang mencuat adalah batik.
Tradisi membatik di Bayat dipercaya sudah ada sejak masa pra-Hindu dan berkembang pesat pada masa Ki Ageng Pandanaran.
Pada awal 1900-an, batik Bayat dipasarkan ke Surakarta dan Gunung Kidul.
Baca juga: Asal-usul Nama Mayang yang Kini Jadi Desa di Sukoharjo, Ada Kisah Terkenal Tumenggung Mayang
Salah satu tokoh yang berjasa besar dalam perkembangan ini adalah Buyut Wiryodinomo, yang dikenal dengan julukan “Wiryo Bandhul”.
Ia berdagang batik menggunakan andhong—kereta kuda miliknya—dan menjadi salah satu pengusaha batik besar saat itu.
Namun, motif asli batik Bayat tidak banyak diketahui.
Berdasarkan pengamatan, motif yang menjadi ciri khas Bayat adalah alas-alasan, yang menggambarkan flora dan fauna hutan.
Setiap pembatik memiliki gaya unik, menjadikan motif ini sangat bervariasi dan kaya makna.
Masa kejayaan batik Bayat berlangsung hingga tahun 1975.
Setelahnya, industri ini perlahan meredup, terutama karena munculnya batik printing seperti Batik Keris dari Surakarta yang lebih murah dan cepat diproduksi.
(*)
Bayat
Klaten
Bukit Sidoguro
Rowo Jombor
Bukit Cinta Watu Prahu
Kawah Putih
Watu Sepur
Cemoro Sewu Banyuripan
Rekomendasi Wisata Air di Klaten, Janti Park yang Selalu Ramai Pengunjung di Musim Liburan |
![]() |
---|
Sejarah Pabrik Gula Gondang Winangoen di Klaten Jawa Tengah, Pernah Berjaya di Abad ke-18 |
![]() |
---|
5 Rekomendasi Wisata Hits di Klaten Jawa Tengah, dari Berburu Sunset hingga Eksplorasi Arkeologi |
![]() |
---|
Sejarah Gua Maria Marganingsih di Bayat Klaten, Tempat Ziarah Bagi Umat Katolik |
![]() |
---|
Sejarah Candi Merak di Karangnongko Klaten Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.