TRIBUNSOLO.COM - Budayawan Sujiwo Tejo menyebut akan datangnya zaman Kalabendu, Kamis (7/2/2019).
Dalam catatan Tribun, zaman Kalabendu juga sering disebut sebagai Zaman Edan.
Zaman tersebut merujuk pada perpaduan ramalan Prabu Jayabaya dan Ranggawarsita.
Di mana disebutkan, di zaman ini segala kebaikan dan kebenaran akan dinyatakan, sedang segala bentuk kebusukan dan kemunafikan akan terungkap.
• Tolak RUU Permusikan, Sujiwo Tejo Usul Dibentuk RUU Pernafasan: Semua Akan Dilindungi Undang-Undang
Disebutkan bahwa di mana di zaman ini juga ditandai akeh janji ora ditetepi, akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe – banyak janji yang tidak ditepati, bahkan berani melanggar sumpahnya sendiri.
Di zaman Kalabendu ini salah satunya juga ditandai dengan terkuaknya sing becik ketitik sing ala ketara, orang baik akan tampak, orang jahat akan terungkap segala kejahatannya sebagai karma atas perbuatannya.
Namun kita tidak tahu dan tidak menghakimi mana yang baik dan yang jahat.
Oleh Sujiwo Tejo disebutkan dalam pewayangan ada segmen Goro-goro atau zaman Kalabendu.
Di saat Goro-goro terjadi, para pandito bergabung dengan ratu.
Dalam kata lain dijelaskan oleh Sujiwo Tejo, pandito adalah sebutan lain dari ulama.
Sedangkan ratu adalah umaro atau penguasa.
Lebih lanjut, persatuan antara pandito dan ratu sangat diperlukan.
Tetapi jika persatuan tersebut tidak dilandasi dengan independensi satu sama lainnya, maka terjadilah Goro-goro.
Sujiwo Tejo menyebut, di zaman Goro-goro akal sehat manusia rusak.
• Sujiwo Tejo Tolak RUU Permusikan: Kenapa Gak Sekalian Bikin UU Tulisan Bokong Truk
"Goro2 dlm wayang pecah saat pandito (ulama) bergabung dgn ratu (umaro).
Dua2nya diperlukan, tp bila ud bergabung tanpa independensi satu sama lainnya pecahlah Goro2/zaman Kalabendu: rusaknya akal sehat kolektif sbg stadium lanjutan zaman Kalatida, rusaknya akal sehat individual," kicau Sujiwo Tejo, Kamis.
Kemudian muncul Punokawan (Semar, Gareng, Petruk dan Bagong) yang akan mengakhiri zaman Goro-goro.
Sujiwo Tejo menambahkan, selesainya Goro-goro atau zaman Kalabendu ditandai dengan adanya gerakan rakyat.
"Ponokawan muncul itu justru utk mengakhiri babak Goro2. “Sirnaning Goro2, jumedule repat Ponokawan...( rampungnya Kalabendu ditandai dgn gerakan rakyat)," kicau Sujiwo Tejo.
*Benar tidaknya ada zaman Kalabendu ini, tak ada yang mengetahui.
Jika zaman Kalabendu ditandai dengan adanya persatuan antara ulama dan penguasa, toh semua pihak kini mengklaim telah bersatu dan bergandengan dengan ulama.
(*)