Kedua orang tuanya khawatir sikap Marion saat itu justru akan berdampak buruk.
Selalu ingin menonjol
Keinginan menjadi pribadi yang menonjol itu ternyata juga dirasakan Marion saat berada di sekolah.
Marion berkisah, di sekolah ia selalu ingin menjadi yang nomor satu. Setiap guru bertanya kepada siswa, ia selalu mengacungkan jari meski saat itu ia tak tahu jawabannya.
"Misalnya ditanya aku yang mau jawab. Intinya aku mau tahu atau enggak jawabannya ya aku suka sok tahu. Atau misalnya disuruh mewakili sekolah maunya aku gitu, pokoknya semua aku. Mau yang kelihatan, yang nomor satu," tuturnya.
Tak hanya itu, di sekolah ia kerap berpenampilan berbeda dengan siswa lain. Marion mengaku kerap mengenakan pita-pita besar agar menarik perhatian orang.
Ternyata kekhawatiran orang tua Marion benar-benar terjadi.
Keinginan Marion untuk serba menonjol ternyata membuatnya sering dibuli. Ia pun akhirnya tak memiliki banyak teman di sekolah.
Gosip negatif bermunculan
Ia berkisah, pada suatu waktu ia dan keluarga baru saja pindah ke Sumba Tengah.
Sebagai anak baru Marion tak memiliki teman.
Saat itu Marion mengikuti lomba bernyanyi, namun sepulang dari perlombaan asisten rumah tangga Marion datang dengan berita buruk.
Ternyata para tetangga dan anak-anak sekitar yang belum dikenal Marion menyebarkan gosip buruk tentangnya.
"Anak SD waktu itu aku kelas 5 kelas 6, aku tuh digosipinnya gini, 'Lala itu kalau dikasih Rp 2.000 mau diajak ke mana aja ngapain aja, di semak-semak pun mau'," ujar Marion.
"Sejahat itu dan itu aku masih kecil," lanjutnya.