"Sangat menarik sekali," kata Ardianto.
"Karena kita juga harus mengakui Paundra darahnya darah politik," tandasnya.
Wacana Duet Gibran-Paundra
Ketua DPC Gerindra Kota Solo, Ardianto Kuswinarno mengatakan, akan sangat menarik bila Paundra diduetkan dengan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka.
"Sangat menarik, karena kita juga harus mengakui Paundra darahnya darah politik," kata Ardianto kepada TribunSolo.com, Senin (28/10/2019).
Wacana duet Gibran - Paundra ditanggapi pengamat politik dan ketatanegaraan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto.
"Menurut saya, ini Pilkada ditarik ke wilayah budaya populis, bukan kerja sosial," tutur Agus.
Agus menjelaskan, budaya tersebut mendorong orang-orang untuk mencalonkan tokoh atas dasar popularitas.
"Ini era populisme karena mencalonka diri menjadi tokoh bukan ketokohan bisa kerja atau tidak bekerja, tapi orang kondang , orang populer," jelas Agus.
"Kerja itu nomor dua yang penting populer dulu," imbuhnya.
Ia menuntut keduanya bisa bekerja profesional andai terpilih.
"Karena demokrasi itu menuntut kerja profesional, bukan kerja populis," tutur Agus.
Agus menjelaskan, kerja profesional itu menyangkut pekerjan-pekerjaan yang memang dibutuhkan masyarakat.
"Inovasinya, karyanya, gagasannya, visi-misi, dan keinginan mengubah kota menjadi lebih baik," jelas Agus.
"Demokrasi meminta itu sebenarnya," tambahnya.
"Sekarang orang tidak bicara itu, sekarang bicara populer, bicara terkenal," papar Agus. (*)