Hal tersebut dilakukan agar warga tidak terlalu merugi karena hewan ternaknya mati.
"Memang iya, tradisi. Kalau di dusun ada sapi yang sudah sakit disembelih. Jadi rasa gotong royongnya di masyarakat masih tinggi. Jadi (menyembelih sapi dan dijual ke warga) untuk menolong warga yang hewannya tengah sakit. Kalau dijual kan murah itu, kalau dibagikan dengan harga relatif tinggi," ujar Narsiko, Kamis (16/1/2020).
Oleh warga, daging akan direbus dan digoreng untuk lauk.
Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul menyatakan hasil uji laboratorium dari BBVET Wates menunjukkan hewan yang disembelih di dusun tersebut positif antraks.
Sementara itu dari hasil laboratorium yang disampaikan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, sebanyak 27 orang positif antraks
Sebagian besar di Dusun Ngrejek Wetan, sebagian lainnya di Dusun Ngrejek Kulon.
Narsiko bersama ratusan warga lainnya yang mengalami gejala antraks mengonsumsi anti biotik dua kali sehari selama 10 hari.
"Kondisi warga yang terserang antraks pun sudah berangsur sembuh semua," kata Narsiko
Untuk meminimalisasi penyebaran antraks, dinas terkait membangun kolam dipping yang berisi disinfektan di dua pasar hewan besar di Gunungkidul yakni Pasar Hewan Munggi Semanu dan Pasar Hewan Siyono Harjo, Kecamatan Playen.
Kolam dipping akan dilengkapi shower untuk penyemprotan disinfektan saat mobil pengangkut hewan masuk ke pasar.
Pihaknya juga mengajukan anggaran vaksin, obat-obatan, alat pelindung diri, termasuk KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi).
"Kami sedang menyusun anggaran vaksin, nanti diajukan. Termasuk susun anggaran untuk dipping di pasar," Kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto, Senin (21/1/2020).
Kepala Dinkes Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawati mengatakan, kondisi 27 orang yang positif antraks telah membaik.
Dewi mengatakan belum ada laporan penambahan jumlah warga terpapar.
Sementara itu Pemkab Gunungkidul sudah mendata penyebaran antraks.