Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo terus melakukan tracing terhadap para pelanggan, pasca tukang pijat di Kecamatan Banjarsari dinyatakan positif Corona.
Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih mengaku jika tukang pijat tersebut terpapar dari pasien sebelumnya, dari klaster Kelurahan Jebres.
• Survei BPS Sebut Lebih 44 Juta WNI Merasa Tak Bakal Tertular Corona, Doni Monardo Ingatkan Faktanya
• Capai 711 Kasus, Positif Corona Solo Bertambah 15 Orang Hari Ini
"Tukang pijatnya ternyata juga menularkan lagi virus tersebut ke pelanggannya," aku dia kepada TribunSolo.com, Jumat (2/10/2020).
"Jadi rantainya cukup panjang," imbuhnya menekankan.
Dia lantas melakukan tracing para pelanggan yang pernah kontak dekat dengan tukang pijat tersebut.
"Data pelanggan itu masuk Jumat ini,” tandasnya.
Sementara itu, hari ini terjadi penambahan 15 kasus dibanding hari sebelumnya.
Hal tersebut membuat angka komulatif pasien covid-19 di Kota Solo mencapai 711 kasus.
Ketua Pelaksana Harian Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Solo, Ahyani mengaku, dari 15 kasus tersebut beberapa di antaranya merupakan tracing dari kontak pasien sebelumnya.
"Yang tracingnya ada 5 orang dari 4 ekor atau klaster," katanya saat dihubungi TribunSolo.com.
"Jadi 5 orang itu dari 4 kasus yang terdahulu," imbuhnya.
Tak hanya itu, sambung Ahyani jika kasus positif yang terkonfirmasi hari ini didominasi klaster keluarga.
"Rata-rata keluarga, dari rumah tangga," aku dia.
Selain menerapkan karantina wilayah tingkat RT/RW Ahyani pun tengah menyiapkan langkah khusus untuk memutus rantai persebaran klaster keluarga.
"Kalau tidak memungkinkan kita tarik ke rumah sakit," tegasnya.
Ia sendiri terus menekankan bagi warga Solo untuk selalu mematuhi protokol kesehatan.
Dari 711 kasus positif covid-19 tersebut, 539 orang dinyatakan sembuh, 106 orang menjalani karantina mandiri, 37 orang menjalani perawatan dan 29 orang dinyatakan meninggal dunia.
Pesan Doni Monardo
Kampanye perubahan perilaku masyarakat untuk patuh pada protokol kesehatan sangat penting dan harus dilakukan secara masif.
Hal itu diungkapkan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo.
Masyarakat harus benar-benar mematuhi protokol kesehatan tersebut yakni menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
• 9 Ibu Hamil di Kecamatan Weru Sukoharjo Positif Covid-19, Didominasi Kategori Orang Tanpa Gejala
• 17 Persen Masyarakat Indonesia Merasa Kebal Corona, Doni Monardo: Sangat Penting Perubahan Perilaku
Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) masih banyak masyarakat yang tidak patuh terhadap protokol kesehatan.
55 persen masyarakat menurut Doni abai terhadap protokol kesehatan karena tidak adanya sanksi.
"Kemudian kita juga lihat bahwa alasan seseorang tidak mengikuti protokol kesehatan itu, ternyata tidak ada sanksi," kata Doni dalam acara Kick Off Sosialisasi Strategi Perubahan Perilaku Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 bersama BKKBN, Jumat, (2/10/2020).
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 90 ribu responden dari 14-19 September 2020, masyarakat masih bergantung terhadap sanksi dalam menerapkan protokol kesehatan.
Artinya belum ada kesadaran kolektif dalam menerapkan protokol kesehatan.
"Jadi tingkat kesadaran pribadi dan kesadaran kolektif ini belum optimal."
"Apa buktinya, ya ini data yang dikumpulkan oleh BPS. Saya pikir data ini sangat valid sangat bagus sekali, dan kita harus menjadikan data ini sebagai bahan bagi kita dalam mengambil kebijakan," katanya.
Oleh karena itu menurut Jenderal bintang tiga itu, perlu adanya sanksi agar masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan.
Sanksi tersebut bukan hanya sanski hukum dari pemerintah melainkan sanksi lainnya, mulai dari sanksi sosial hingga sanksi adat.
"Ada banyak sanksi-sanksi lain, yang sekiranya bisa menggungah masyarakat untuk patuh dan taat pada protokol kesehatan," katanya.
Tidak hanya itu menurut Doni, 19 persen masyarakat tidak patuh terhadap protokol kesehatan karena aparat dan pemimpin tidak memberikan contoh.
Sehingga ketauladanan pemimpin sangatlah penting sekali untuk merubah perilaku masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Karena itu tim dari perubahan prilaku teman teman dari BKKBN dan seluruh komponen yang terlibat harus bisa memberikan contoh, selama beraktivitas bersama masyarakat."
"Mulai dari menggunakan masker, kemudian dalam setiap kegiatan harus menjaga jarak dan menghindari kerumunan, apalagi sekarang sedang ada Pilkada," katanya.
Adapun berdasarkan survei BPS, Masyarakat tidak patuh terhadap protokol kesehatan karena beberapa faktor, diantaranya:
1. Harga masker, face shield,hand sanitizer atau APD lain cenderung mahal 23%
2. Pekerjaan menjadi sulit jika harus menerapkan protokol kesehatan 33%
3. Aparat atau pimpinan tidak memberi contoh 19%
4. Mengikuti orang lain 21%
5. Tidak ada sanksi jika tidak menerapkan protokol kesehatan 55%
6. Tidak ada kejadian penderita Covid-19 di lingkungan sekitar 39%
7. lainnya 15%.
Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. TribunSolo.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).
Artikel di atas telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Masyarakat Masih Bergantung pada Sanksi dalam Terapkan Protokol Kesehatan