"Cara memaparkan gagasanya tidak runut, kemudian tidak detail. Terburu-buru, kurang tenang. Ide-ide besar tidak bisa ditangkap secara utuh," ucap Agus.
Sementara Bajo dinilai lebih seperti orang curhat ketika menyampaikan gagasan mereka dalam debat perdana Pilkada Solo 2020.
Baca juga: Debat Kelar, Kesehatan Bagyo Terganggu & Terburu-buru Pulang, Gibran Layani Wawancara Awak Media
Baca juga: Kontroversi Bajo saat Debat: Ingin Bangun Rumah di Bantaran Bengawan Solo, Sempat Ditimpali Gibran
Meski mereka telah menggunakan bahasa lebih sederhana dan merakyat.
"Seperti curhat saja, belum global. Pemimpin bicara mengenai konsep-konsep besar atau perubahan besar," tutur Agus.
Agus menilai Gibran - Teguh dinilai lebih baik dalam menyampaikan gagasan perihal materi debat kemarin. Meski belum secara mendalam.
"Masih coba-coba, masih meraba-raba, mereka masih new comer. Beda kalau dia pernah jadi pelaku, pernah ikut organisasi partai, atau aktivis," tandasnya.
Sempat Emosi
Calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka nyaris terpancing emosinya saat mendapatkan pertanyaan dari Bagyo Wahyono soal perannya untuk milenial.
Dalam sesi debat perdana Pilkada Solo 2020 di The Sunan Hotel Solo pada Jumat (6/11/2020), anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu giliran menjawab pertanyaan pesaingnya.
Saat itu pasangan independen, Bagyo tukang jahit menanyakan, "Saya hanya pengen tanya, saya mau tanya, njenengan (kamu) jargonnya milenial, lha apa yang pernah njenengan lakukan untuk pembangunan di Kota Solo tentang milenal?," kata Bagyo.
Baca juga: Pernyataan Kontroversial Bajo Bikin Gibran Keheranan : Bangun Rumah kok di Bantaran Sungai?
Baca juga: Selvi Ananda Tak Ikut Antar Gibran ke Arena Debat Pilkada, Ketua PDIP Solo FX Rudy Juga Tak Terlihat
Calon AD 1 yang berpasangan dengan Teguh Prakosa itu lantas menjawab jika di era kini sudah 4.0 dan disrupsi, maka akan membangun kreatif art hingga hard skill dengn menyediakan fasilitas sablon, mesin jahit dan 3D.
"Juga soft skill melalui pengembangan marketing dan membantu perolehan izin usaha," aku dia.
Bahkan menurut dia, anak muda di Solo potensial dan mampu membuat ekosistem bisnis.
"Sebenarnya bukan hanya anak-anak milenail saja," jelasnya.
Namun Bagyo menyela dan tampak tak puas sehingga mempertanyakan maksud yang dijelaskan Gibran kepadanya.
"Itu nanti apa yang sudah? Maksud saya yang sebelum ini, apa mas Gibran lakukan? sebelum ini, bukan nanti," katanya melempar lagi pertanyaan kepada Gibran.