"Saat para Napi sedang olahraga, ada futsal, lari, voli, saat itulah mereka menyelinap dan kabur dari tembok belakang, sekitar pukul 17.30 wita," kata Taufiq saat dikonfirmasi, Minggu (14/2/2021).
Mereka memanjat tembok penjara setinggi empat meter dan gulungan kawat setinggi satu meter.
Kedua narapidana itu hanya bermodal kain sarung.
Keduanya diduga merobek kain sarung dan menambahkan bandul besi cor untuk alat memanjat.
"Saat pengecekan masuk sel, sekitar pukul 18.00 wita, petugas mendapati penghuni sel B 8 dan B 12 kurang, kita patroli, dan kita temukan robekan kain sarung di areal tembok belakang Lapas," tutur Taufiq.
"Kalau untuk besi, kemungkinan ada yang tercecer saat renovasi perluasan masjid, banyak tiang dicor, mungkin itu mereka ambil dan disembunyikan," lanjutnya.
Taufiq menduga, kedua tahanan tersebut mengalami luka akibat kawat berduri yang dipasang pada tembok penjara.
Ia menjelaskan, kedua napi itu memiliki keahlian memanjat karena mereka spesialis pencuri sarang walet.
"Basic-nya memang manjat tembok untuk mencuri sarang walet, itulah mereka tidak kesulitan kabur lewat dinding kita. Keduanya ada hubungan sepupu, selalu kompak dalam melakukan segala hal, termasuk kabur dari penjara," kata dia.
Diduga menghindari tagihan koperasi Taufiq menduga keduanya memilih kabur karena gerah dengan tagihan penjaga koperasi di Lapas Nunukan.
Dari laporan petugas koperasi, salah satu dari napi yang kabur memiliki utang sekitar Rp 400.000.
"Enggak banyak sebenarnya utangnya, tapi karena dia janji bayar, dan keluarganya tak kunjung kirim uang, akhirnya dia milih kabur," katanya.
Taufiq menjelaskan, para napi di Lapas Nunuka diizinkan memiliki uang dengan jumlah yang dibatasi.
Keberadaan koperasi di Lapas Nunukan merupakan kerja sama dengan pihak ketiga, untuk menjamin kebutuhan napi serta tambahan kualitas makanan mereka.
Petugas blokade jalur penyeberangan Pencarian dua narapidana itu melibatkan Unit Reskrim Polres Nunukan, petugas disebar ke sejumlah lokasi potensial, khususnya pelabuhan.