Berita Sragen Terbaru

Miris, Pupuk Bersubsidi Langka, Ada Oknum yang Menimbun Ratusan Sak Pupuk Bersubsidi di Sragen

Penulis: Rahmat Jiwandono
Editor: Agil Trisetiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penggerebekan gudang penimbun pupuk bersubsidi di Dukuh Belangan RT 01/RW 01, Desa Kaliwedi, Kecamatan Gondang, Sragen, Rabu (10/3/2021)

Arif bilang, komponen termahal dari produksi beras domestik adalah biaya sewa lahan dan biaya tenaga kerja. Di samping pula, harga pupuk Indonesia yang hanya lebih murah dari India.

"Jadi memang agak ironis, ternyata faktor sumber daya manusia kita lebih mahal dibandingkan Thailand, Vietnam, India, Filipina, dan China," imbuhnya.

Sejalan dengan biaya produksi yang tinggi, harga beras produksi Indonesia menjadi lebih mahal dari negara lainnya, seperti Thailand dan Vietnam.

Pada 2019 rata-rata harga beras internasional Thailand sebesar Rp 5.898 per kilogram dan Vietnam sebesar Rp 5.090 per kilogram, jauh lebih rendah dari harga beras Indonesia yang sebesar Rp 11.355 per kilogram.

Menurut dia, persoalan tersebut masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia, khususnya pemerintah. Sebab, selain membuat harga beras mahal, biaya produksi yang tinggi turut membuat Indonesia tak berdaya saing dalam industri beras dan rawan akan impor.

"Jadi memang kita tahu bahwa biaya kita relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain, ini satu agenda yang harus kita segera atasi," pungkas Arif. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Penyebab Harga Beras Indonesia Lebih Mahal dari Negara Lain"

Berita Terkini