Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Setiap pedagang kaki lima (PKL) selalu mengharapkan dagangannya laris manis bak kacang goreng.
Namun namanya berdagang kadang laris, kadang tak laku, pastinya sering dialami.
Hanya saja hal itu seakan tak berlaku bagi seorang PKL bernama Lasono (60).
Sosok yang akrab disapa dengan Pak Cemplon itu ternyata mampu mendapat uang jutaan rupiah hanya dalam waktu singkat.
Tak ada berjam-jam, konon hanya 1-2 jam saja PKL berkakas itu menikmati hasilnya.
Di antaranya saat berdagang di Pasar Legen, Lapangan Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.
Baca juga: Curhatan Driver Ojol : Terlanjur Senang Dapat Orderan BTS Meal, Sudah Menunggu Berjam-jam Dibatalkan
Baca juga: Klaster Covid-19 di Klaten Menggila, Kini Lockdown, Kasus Dipicu Pemuka Agama Pulang dari Kudus
Bahkan tak hanya uniknya, tetapi kesaksian dari pembelinya seakan menjadi bukti.
Salah seorang pembeli, Bagus menuturkan, barang-barang yang dijual oleh Pak Cemplon adalah barang-barang yang masih baru.
"Barangnya segel semuanya," kata dia kepada TribunSolo.com, Rabu (9/6/2021).
Tak berhenti, harga barang yang dijual murah dibandingkan ada di warung atau toko.
Adapun barang yang ia beli adalah lampu dan obeng.
"Tadi dapat barang ini dengan harga Rp 30 ribu saja," kata dia.
Bagus mengaku mengetahui soal sosok Pak Cemplon setelah menonton video saat dia sedang berjualan.
"Videonya kan ada lumayan banyak di Youtube, makanya saya penasaran mau beli," imbuhnya.
Sosok Pak Cemplon
Pak Cemplon yang merupakan warga Dusun Sendang, Desa Jetis, Karangnongko itu berjualan aneka perkakas dan alat rumah tangga.
Baca juga: Pedagang Rica Guguk Masih Nekat Jualan, Satpol PP: Kami Dapat Laporan Masyarakat
Baca juga: Fakta Baru Pecel Lele di Malioboro Rp 37 Ribu, Ternyata Pedagang Baru, Kini Langsung Diberi Sanksi
Barang-barang yang dia jual antara lain gergaji, lampu, obeng, pisau cukur, kanebo, lampu, gunting, dan pulpen.
Benda-benda itu diletakkan dalam sebuah kardus.
Sementara sebuah tas plastik ia ikatkan di celananya sebagai tempat untuk mengumpulkan uang.
Kepada TribunSolo.com, Lasono mengungkapkan, lama dia berjualan sekitar 1-2 jam.
Baca juga: Ini Tanggapan Pedagang Kaki Lima Malioboro Soal Harga Makanan Mahal yang Viral di Media Sosial
"Biasanya cuma 1,5 jam saja barang dagangan saya sudah habis terjual," kata Lasono, Rabu (9/6/2021).
Ketika menawarkan dagangannya, dia memakai sistem lelang yang mana sebuah barang dijual dari harga tinggi ke rendah.
"Misalnya untuk lampu saya buka di harga Rp 50 ribu, lalu nanti pelan-pelan harganya turun."
"Yo rego lampu ne 50 ewu, 45, 40, 30, 25 ewu nyoh ngo koe (Dari harga Rp 50 ribu turun ke Rp 25 ribu baru barang itu laku dijual)," jelasnya.
Tak jarang terlontar banyolan dari mulutnya kepada pembeli.
Baca juga: Fakta Baru Pecel Lele di Malioboro Rp 37 Ribu, Ternyata Pedagang Baru, Kini Langsung Diberi Sanksi
"Lampu iki garansi 100 tahun (Lampu ini bergaransi selama 100 tahun)," ucapnya.
Hal itu membuat pedagang yang ada sekelilingnya tertawa.
Menurut dia, berdagang seperti ini dilakukan secara spontan saja.
"Enggak pernah direncanakan, spontan saja saya ngomongnya. Mungkin itu yang menarik pelanggan untuk berbelanja di tempat saya," katanya.
Omzet yang ia peroleh dalam sekali berjualan kurang lebih Rp 2 juta.
Baca juga: Audiensi Pedagang Daging Anjing dan Pemkab Sukoharjo: Diminta Segera Beralih Dagangan
"Kurang lebih dapat segitu, setiap saya jualan pasti ludes dibeli orang," papar pria yang sudah mulai berjualan sejak tahun 1990 tersebut.
Keuletannya dalam berdagang selama puluhan tahun mampu mengantar dua orang anaknya menjadi sarjana.
Lasono punya satu orang anak perempuan dan satu orang anak laki-laki.
"Semuanya sudah kerja dan menikah," terangnya.
Berjualan Sesuai Kalender Jawa
Dalam berjualan pun Lasono mengikuti penanggalan pada kalender Jawa.
"Kalau Legi di Pasar Jatinom, Klaten; Wage di Pedan, Klaten; Pon di Pasar Ambarawa; dan Kliwon di Pasar Bantul, DIY," ujarnya.
Lasono menuturkan bahwa dia berpindah-pindah tempat jualan karena bekerja sebagai pedagang kaki lima (PKL).
Baca juga: Pedagang Pasar di Karanganyar Peringati Hari Kebangkitan Nasional, Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
"Wong namanya juga PKL, enggak menetap di suatu tempat," tuturnya.
Namun demikian, mengingat usianya yang tak lagi muda, Lasono berencana untuk membuka toko untuk berjualan.
"Ada sih rencana seperti itu tapi uangnya belum ada," katanya. (*)