"Paling tidak beliau jadi sosok panutan di dunia pedalangan wayang kulit," ujarnya.
Kata Juniornya
Meninggalnya dalang kondang Ki Manteb Soedharsono membawa kesedihan bagi para juniornya di dunia pewayangan.
Salah satunya adalah Ki Anom Dwijo Kangko.
Dalang 43 tahun itu pemilik Sanggar Dwijo Laras Indonesia.
Dirinya mengungkapkan bahwa Ki Manteb adalah sosok guru bagi bagi seluruh dalang baik di nusantara maupun dunia.
"Beliau pernah mengajar para dalang di seluruh Indonesia bahkan dunia," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (2/7/2021).
Sebagai seorang Empu, Ki Manteb juga bertugas mengajar di ISI Surakarta.
Baca juga: Ki Manteb Soedharsono Meninggal, Istri Didi Kempot Ikut Berduka, Ungkap Janji yang Belum Terpenuhi
Baca juga: Isak Tangis Anak Ki Manteb Soedharsono Pecah, saat Jenazah Dalang Dibawa ke Makam, Bapak, Bapak
"Beliau dosen tamu dan saya pernah masuk kelasnya," ujarnya.
Kepiawaiannya dalam mengajar menjadi kesan tersendiri bagi para muridnya hingga kini.
"Beliau tidak pernah menggurui, tidak pernah menggertak dan siap ditanya apapun pertanyaannya," jelasnya.
Bahkan ada satu pesan Ki Manteb Sudarsono yang selalu terngiang di benak Ki Anom Dwijo Kangko hingga sekarang.
"Selagi saya masih hidup, habiskanlah seluruh ilmu saya, karena ilmu yang saya miliki juga untuk kalian," kenang dia.
Ki Manteb Dimakamkan
Isak tangis histeris pecah saat jenazah Ki Manteb Soedharsono di dalam peti mati dibawa petugas pemakaman ber-APD lengkap.
Jaga jarak pun terlihat jelas di rumah duka Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar itu.
Baru beberapa langkah meninggalkan halaman pendhopo rumah duka, tangis pecah dari keluarga besar dalang kondang wayang kulit tersebut.
Rasa kehilangan mendalam seakan tak bisa ditutupi pada momen detik-detik terakhir jenazah pergi dari rumahnya selama-lamanya.
Baca juga: Pesan Terakhir Ki Manteb Soedharsono : Ingin Wayang Werkudara Mengiringi ke Tempat Peristirahatannya
Baca juga: Kesaksian Ki Dalang Gondho Wartoyo soal Kebaikan Ki Manteb: Diundang Hajatan Kecil-pun Beliau Datang
Salah satu putranya, tampak digenggam erat oleh sejumlah orang karena tak tahan melihat ayahandanya pergi.
"Bapak.. Bapak.. Bapak," suara anak dari Ki Manteb Soedharsono.
Isak tangis keluarga pecah saat sampai harus dihadang oleh kerabatnya.
Saat itu Ki Manteb yang meninggal suai 74 tahun dibawa ke pemakaman keluarga di Dusun Keliteran RT 02 RW 08 sekitar pukul 13.00 WIB.
Wayang Ikut Mengiringi
Semasa hidup, Ki Manteb Soedharsono berpesan kepada keluarganya satu hal.
Apa itu? Ya, dalang kondang itu ingin jika meninggal turut disertakan sebuah wayang bernama Werkudara kesayangan miliknya.
Amanah dari sang ayah itu pun dijalankan oleh keluarganya.
Buktinya saat petugas ber-APD lengkap memasukkan peti jenazah ke ambulans, ada seorang petugas sembari membawa wayang berukuran 1,5 meter itu.
Wayang itu hanya mengantarkan sampai ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Wayang jenis Werkudara memiliki warga bagian atas hitam dan dibalut ornamen keemasan.
Anak pertama Ki Manteb Soedharsono, Medhot Soedarsono mengatakan ayahnya ingin ditemani bersama satu wayangnya jika dibawa ke kuburan.
"Ingin bareng sama wayang Werkudara lawas miliknya," kata dia di rumah duka Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jumat (2/7/2021)
Dia menambahkan juga tak mengetahui kenapa Ki Manteb Soedharsono ingin ditemani wayang Werkudara.
"Enggak tahu juga, mungkin ada keterikatan sendiri sama bapak," ujarnya.
Baca juga: Ucapkan Belasungkawa, Bupati Juliyatmono : Warga Karanganyar Merasa Kehilangan Maestro Dalang Hebat
Baca juga: Keluarga Benarkan Ki Manteb Soedharsono Terpapar Covid-19 : Demam, Nafsu Makan Hilang & Sesak Napas
Warga Kehilangan Sosoknya
Bupati Karanganyar, Juliyatmono merasa kehilangan sosok maestro wayang kulit Ki Manteb Soedharsono, Jumat (2/7/2021).
Juliyatmono mengucapkan rasa belasungkawanya atas meninggalnya dalang kondang yang selama ini memiliki tempat tinggal di Karangpandan itu.
"Saya mewakili masyarakat Karanganyar, para pekerja seni, seniman, budayawan, dan semuanya, kami merasa kehilangan atas berpulangnya maestro dalang hebat kita, Kyai Hj Ki Manteb Soedharsono," katanya kepada TribunSolo.com.
Juliyatmono menyebut, Ki Manteb Soedharsono adalah sosok yang baik.
Baca juga: Detik-detik Ki Manteb Meninggal, Sempat Isi Acara Wayang, Tak Disangka Itu Pertunjukan Terakhirnya
Baca juga: Keluarga Benarkan Ki Manteb Soedharsono Terpapar Covid-19 : Demam, Nafsu Makan Hilang & Sesak Napas
Almarhum juga berhasil mengangkat kesenian Jawa, yakni Wayang Kulit.
"Karyanya luar biasa, kami warga Karanganyar sangat kehilangan," ucapnya.
Juliayatmono berharap semoga seluruh perjuangan dan amal baik Ki Manteb Soedharsono dicatat sebagai amal sholeh.
"Semoga beliau meninggal khusnul khotimah. Seluruh dosa, kekhilafan, dan kesalahannya mari kita mohon kan semoga diampuni Allah SWT," harap dia.
Kronologi Meninggalnya Ki Manteb
Ki Manteb Soedharsono meningal dunia pada usia ke 74 tahun.
Anak pertama, Medhot Soedarsono membenarkan jika ayahnya meninggal dunia karena terpapar Covid-19.
"Iya, Bapak meninggal dunia pagi, jam 9 kurang di rumah dalam keadaan terpapar covid-19," katanya kepada TribunSolo.com.
Diketahui, pada Jumat minggu lalu, Ki Manteb Soedharsono sempat berkunjung ke Jakarta.
Baca juga: Ini Penyakit yang Diidap Ki Manteb Soedharsono Sebelum Meninggal, Kerap Wara-wiri Berobat
Baca juga: Suasana Terbaru Rumah Duka Ki Manteb Soedharsono : Pelayat Berdatangan, Depan Rumah Didirikan Tenda
"Berangkat itu saya pastikan dalam keadaan sehat walafiat, terus di Taman Mini ada acara pentas dalang, selama 6 jam di dalam gedung," ujarnya.
Selama pementasan, Ki Manteb Soedarsono berada dibawah AC central dan mengaku sempat merasa kedinginan.
"Kemudian pulang, dan sampai rumah panas, kemudian istirahat sehari semalam," kata dia.
Lalu kemudian, Ki Manteb sempat menggelar pementasan wayang dirumahnya secara virtual.
"Dalang di rumah sampai jam 1 malam, padahal kondisi badannya sudah panas, mungkin drop, setelah dalang Bapak lemah dan nggak nafsu makan," jelasnya.
"Kemudian kita datangkan perawat dan dokter, di swab kemarin pagi, positif covid-19, Ibu juga positif," tambahnya.
Bahkan menurut dia, kondisi terakhir Ki Manteb Soedarsono sempat mengalami sesak nafas.
"Kita berupa mencari oksigen, tapi hanya bisa bertahan tadi pagi," terang dia.
Suasana Rumah Duka
Suasana rumah duka Ki Manteb Soedharsono mulai didatangi saudara dan tetangga dekat, Jumat (2/7/2021) siang.
Adapun jenazah Dalang Kondang itu di rumah duka di Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.
Para pelayat yang datang memakai masker dan hanya saudara dan tetangga dekat.
Di halaman rumah sudah dipasang tenda atau tratag, begitu juga bendera lelayu.
Anak pertama Ki Manteb, Medhot Soedarsono mengimbau pelayat menggunakan masker dan protokol ketat.
Bahkan saat akan masuk sama Satgas Covid-19 Desa sudah dicek dan diperiksa.
Sebelumnya, dalang kondang wayang kulit asal Kabupaten Karanganyar, Ki Manteb Soedharsono meninggal dunia pukul 10.WIB.
Menurut salah seorang rekannya, Sugeng Nugroho, bahwa Ki Manteb Soedharsono meninggal dengan diagnosa Covid-19.
Kabar dalang senior itu wafat pada sekitar pukul 10.00 WIB.
"Beliau akan dimakamkan secara protokol kesehatan," katanya kepada TribunSolo.com.
Sosok dalang kelahiran 31 Agustus 1948 memiliki komorbid penyakit di paru-parunya.
Baca juga: BREAKING NEWS : Innalilahi Dalang Kondang Asal Karanganyar, Ki Manteb Soedharsono Meninggal Dunia
Baca juga: Kabar Duka, Dalang Kondang Ki Manteb Sudarsono Meninggal, Dimakamkan dengan Protokol Kesehatan
"Beliau sering berobat soal permasalahan paru-parunya," ujarnya.
Dalam dunia pewayangan, Ki Manteb juga menjabat sebagai penasehat di organisasi Paguyuban Dalang Surakarta.
"Beliau salah satu senior dan guru bagi para dalang di Indonesia," terangnya.
Kiprahnya dalam dunia wayang juga diabadikan dalam buku "Ki Manteb Soedarsono Pemikiran dan Karya Pedalangannya,".
"Saya menulis ide dan gagasan beliau dari balik kisah pewayangan," ungkapnya.
Almarhum akan dimakamkan pada hari ini di kediamannya di Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.
Baca juga: Sosok Ki Manteb Soedharsono : Setia pada Wayang Kulit, Dapat Penghargaan dari Soeharto hingga Unesco
Baca juga: Biodata Ki Manteb Soedharsono: Dalang Kelahiran Sukoharjo yang Meninggal, Murid Ki Narto Sabdo
Sosok Sang Dalang
Sang dalang wayang kulit legendaris, Ki Manteb Soedharsono telah meninggalkan kita selama-lamanya.
Kabar duka datang dari sosok yang terkenal kata 'Pancen Oye' datang pada hari ini Jumat (2/7/2021) sekira pukul 10.00 WIB
Kini jenazah masih berada rumah duka di Dusun Sekiteran, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.
Semasa hidupnya, Sang Maestro Wayang Kulit itu begitu terkenal dengan aksi-aksinya pewayangannya yang cukup energik.
Baca juga: Biodata Ki Manteb Soedharsono: Dalang Kelahiran Sukoharjo yang Meninggal, Murid Ki Narto Sabdo
Baca juga: BREAKING NEWS : Dalang Kondang Asal Karanganyar Ki Manteb Soedharsono Meninggal Dunia
Lantas seperti apa sosoknya?
Ya, Ki Manteb adalah sosok yang dilahirkan di sebuah kampung bernama Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo pada 31 Agustus 1948.
Seniman yang sudah malang melintang itu se antero Indonesia itu, bahkan sempat dijuluki Dalang Setan karena nyentrik memadukan seni dengan musik modern.
Selama ini Ki Manteb mempunyai sanggar dan bermukim di daerah sejuk di bawah Gunung Lawu yakni kawasan Karangpadan.
Jiwa Ki Manteb memang sudah terbentuk, meskipun ayahandanya Ki Hardjo Brahim adalah dalang kondang kala itu.
Begitu juga ibundanya, adalah merupakan seniman yang dikenal penabuh gendang.
Singkat cerita, selain manggung ke sana-sini dengan kisahnya tersendiri
Ki Manteb mempunyai segudang prestasi mulai nasional hingga internasional yang tak terhitung jumlahnya semasa hidup.
Di antaranya tahun 1995 Ki Manteb mendapat penghargaan dari Presiden Soeharto yakni Satya Lencana Kebudayaan.
Sementara internasional, Ki Manteb Ki Manteb Soedharsono terpilih sebagai penerima penghargaan dari Unesco yang menyisihkan 28 kontestan dari berbagai negara pada 2004.
Meski kala itu mendapatkan penghargaan luara biasa, dirinya mengaku bukan untuk Ki Manteb saja tetapi untuk kelestarian wayang kulit yang diakui Unesco.
Adapun kepergian Ki Manteb meninggalkan istri dan sejumlah anak-anaknya yang sebagian mengabdikan diri untuk wayang kulit. (*)