Berita Solo Terbaru

FX Hadi Rudyatmo Dukung Ganjar Capres 2024: Jika Ingin Dapat Anugrah, Ya Pilih Ganjar Pranowo

Penulis: Fristin Intan Sulistyowati
Editor: Tri Widodo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPC PDIP Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, Kamis (14/10/2021).

Lantas seperti apa pendapat pengamat politik?

Baca juga: Pakai Kaus Merah Menyala, Ganjar Mendadak Temui dan Temani Sandiaga di Sangiran Sragen, Bahas Apa?

Baca juga: Bambang Pacul Bicara soal Mega Capres PDIP, Setelah Viral Rekaman Teh Botol Sosro Puan Maharani

Pengamat Psikologi Politik UNS Solo, Moh Abdul Hakim menilai bahwa tindakan dua politikitus itu merupakan tindakan aksi-reaksi.

"Bentuk labelisasi negatif, seperti Kampret dan Cebong dulu. Tujuannya membuat garis tegas antar kader yang dianggap loyal atau membangkang," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Senin (11/10/2021).

Dengan begitu menurut dia, kader yang pro Ganjar sebagai bakal Calon Presiden 2024 akan berpikir dua kali karena akan dianggap kelompok celeng.

"Entah disadari maupun tidak, akan memperkuat friksi-friksi di internal partai," jelasnya.

Pada akhirnya, pelabelan tersebut akan digunakan untuk menyerang siapapun kelompok yang tidak disukai, sehingga akan memperlebar jarak antar kader.

"Dalam psikologi Jawa, masyarakat menganggap xceleng itu binatang yang menjijikan dan identik dengan perilaku tidak terpuji, seperti mencuri," terang dia.

Dia menuturkan, efek yang dirasa akan sangat kuat, karena pemilihan istilah celeng merupakan pilihan yang cerdas dari pandangan psikologis.

"Dengan begitu akan tertanam di masyarakat, karena reaksi orang Jawa melihat celeng itu akan menghindar," aku dia.

Hakim juga menilai, pernyataan kelompok pro Ganjar yang menyebut kader pimpinan Bambang Pacul adalah kader babu dan bebek, menurut Hakim juga bentuk pelabelan yang negatif.

Pelabelan akan menggambarkan karakter, seperti yang diketahui bebek adalah hewan yang hanya menurut dan membuntut.

Baca juga: Cuitan Rasial Natalius Pigai ke Jokowi & Ganjar, Gibran Sebut Tak Usah Ditanggapi: Semua Teman

"Sehingga, sebenarnya pelabelan itu sama-sama negatif, karena bebek itu dianggap binatang yang bodoh dan penurut," tutur dia.

Namun jika dibandingkan dengan celeng, balasan dengan label babu dan bebek tak punya kekuatan yang sama.

"Efeknya keduanya entah bebek atau celeng, memperkuat friksi-friksi perseteruan internal," jelas dia.

Perseteruan Awal

Halaman
1234

Berita Terkini