Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Seorang anak, AR (9) turut menjadi korban dalam kecelakaan maut bus GA, yang terjadi di Imogiri, Bantul, Yogyakarta pada Minggu (6/2/2022).
AR diketahui anak pertama dari pasangan Hari Tulus dan Sartini, yang ikut dikuburkan bersama 5 jenazah lain di TPU Kedungrejo, Desa Mranggen, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.
Baca juga: Fakta Terbaru Kecelakaan Bus Pariwisata di Imogiri Bantul, KNKT Sebut Tak Ada Jejak Pengereman
Bocah malang itu meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati, Kabupaten Bantul.
Kesedihan terlihat jelas dari orang tua AR (9).
Bahkan, sang ibu tak kuat melangkah untuk mengantarkan jenazah sang anak.
Sang ayah, Tulus Rahmanto (37) awalnya terlihat tegar, melepas dan mengantar jenazah sang anak.
Tapi, Setelah pemakaman keenam jenazah selesai, Tulus belum mau beranjak dari pusara anak pertamanya itu.
Air mata Tulus terus mengalir, sambil ditenangkan oleh dua orang kerabat yang berada di sisi kanan dan kirinya.
Tangis Tulus pun kembali pecah, ketika menyentuh pusara anak sulungnya, yakni AR (9) yang turut menjadi korban dalam musibah tersebut.
Tak lama, istri dan V, anak keduanya mendatangi makam yang berjarak 600 meter dari rumah itu.
Tulus langsung menggendong V, adik AR, yang masih berusia 3 tahun.
V menangis. Maklum, bocah kecil itu sudah dua hari ini terus bertanya : mana mas (mana kakak)?
Tulus kemudian menunjukkan makam-makam itu kepada sang anak.
Sambil menggendong V, ia berbicara ke sang anak, bahwa kedua kakek nenek, simbah buyut, dan kakaknya sudah beristirahat dengan tenang.
"Iki mbahe, iki mas (kakak) ya le, bobok e di sini (ini simbah, ini kakak ya dik, tidurnya disini," kata Tulus kepada sang anak.
Di sisi lain, sang ibu, Sartini yang menguatkan diri melihat makam anak dan mertuanya, juga tak kuasa menahan tangis.
Sembari mengusap tanah makam anaknya, Sartini berusaha mengiklaskan kepergian sang anak tercinta.
"Wis yo le, sing tenang (sudah ya nak, yang tenang)," kata Sartini sambil terisak di depan makam sang anak.
Nampak, nenek dan kakek dari sang ibu juga datang, dan langsung memeluk pusara sang cucu.
Sang kakek dari sang ibu yang datang ke makam cucunya, berkata di mana cucuku, kemudian laki-laki paruh baya itu pun menangis.
Oleh keluarga yang hadir, keduanya diminta untuk tidak menangis di depan makam tersebut.
Setelah cukup mendoakan anak dan kedua orangtua beserta simbahnya, Tulus dan keluarga kembali ke rumah.
Sempat Melarang
Tulus mengatakan bahwa ia sempat tak menyetujui kepergiaan kedua orangtua dan anaknya.
"Sempat melarang, tapi ya anak mau ikut, sebenarnya kemarin malam sudah bilang nggak boleh ikut, karena AR kalau masuk bus sering mabuk," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (7/2/2022).
Ia juga melarang kedua orang tuanya untuk berangkat, karena merasa kasihan.
Mereka bertiga hanya dijatah dua kursi saja.
"Kalau orangtua saya kemarin memang tidak saya perbolehkan, karena ya berangkat 3 orang cuma dapat dua kursi, kalau semua ikut saya kasihan, anak saya meski baru berumur segitu, tapi badannya sudah besar," jelasnya.
Malam hari sebelum berangkat, AR sempat meminta kepada sang ayah untuk dibelikan makanan ringan untuk bekal selama di perjalan.
Namun, sang ayah tidak sempat mengabulkan, karena saat ia pulang kerja, toko sudah tutup.
"Malam harinya anak saya minta snack untuk bekal, tapi belum sempat saya belikan, karena saya rapat dulu, pulang rapat toko sudah tutup," terangnya.
Tulus terakhir kali berjumpa dengan kedua orangtuanya, yakni pada malam sebelum keberangkatan.
"Saya datang ke rumah, karena rumah saya dan rumah orang tua saya berada di depan dan belakang, itu terakhir saya ketemu dengan kedua orang tua," jelasnya.
Pagi sebelum berangkat, Tulus tak sempat menemui kedua orangtua dan anaknya, karena ia baru pulang pukul 07.30 WIB, sedangkan bus berangkat pukul 07.00 WIB.
Kini, karena semuanya sudah terjadi, Tulus hanya bisa mengikhlaskan kepergian 4 orang terdekatnya itu yang pergi secara bersamaan.
"Nggak ingin menuntut apa-apa, saya bisanya mengikhlaskan dan mendoakan," kata Tulus. (*)