Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Jalan hidup seseorang memang misteri, seperti yang dialami oleh Tugimin.
Sosok pengusaha sukses yang mengangkat derajat emak-emak melalui kerajinan mendong di Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
Ternyata, Tugimin bukanlah seseorang dari orang berada dan berpendidikan.
Anak pertama dari tiga bersaudara tersebut, lahir di keluarga petani yang sederhana.
Tugimin hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) yang kemudian melanjutkan kejar paket B secara diam-diam.
Baca juga: Tak Hanya Ajak Emak-emak di Sragen Mandiri Secara Ekonomi, Tapi Mau Melestarikan Ekosistem Hutan
Baca juga: Hasil Karya Emak-emak Sragen, Sulap Mendong Jadi Keranjang,Tembus Pasar Korea hingga Uni Emirat Arab
Ia dilarang oleh kedua orangtuanya sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, karena kebanyakan warga sekitar lingkungannya yang lulusan SMA atau perguruan tinggi berujung hanya mendapatkan pekerjaan kasar dan sedapatnya saja.
"Waktu itu saya menempuh pendidikan SMP ikut kejar paket B, itu pun harus sembunyi-sembunyi, saya harus kerja diluar, sampai sekarang mungkin orangtua tidak tahu saya," terangnya kepada TribunSolo.com.
Meski begitu, larangan tersebut tak ingin ia teruskan kepada kelima anaknya.
Anak pertamanya berhasil lulus dari jurusan Sastra Inggris di Universitas Indonesia (UI) yang langsung diminta untuk menjadi pengajar di Kampung Inggris, Kediri.
Anak keduanya juga selesai menyelesaikan kelas pengembangan bahasa Inggris, yang kini mengajar di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Sragen.
Sedangkan anak ketiganya, masih berkuliah di salah perguruan tinggi di Kabupaten Sragen, yang sesekali juga mengajar di Kampung Inggris, Kediri.
Baca juga: Cerita Biogas Jadi Pundi Rupiah Baru di Boyolali : UMKM Tak Takut Rugi karena Tak Perlu Beli Elpiji
Anak keempatnya masih duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar, dan anak kelima masih berusia 6 bulan.
"Kalau sekarang anak harus berpendidikan setinggi-tingginya, pokoknya kalau sekolah harus dimaksimalkan, tapi kalau telat bayar jangan kaget," katanya. (*)