Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Awal mula emak-emak di sudut Kabupaten Sragen mandiri karena sosok Tugimin.
Dia menggandeng organisasi ibu-ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk mengikuti pelatihan membuat kerjinan bernilai ekspor dengan mendong.
Satu per satu emak-emak di Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang itu dari pasif menjadi mandiri memiliki pendapatan.
"Dulu banyak pencurian dan pembalakan hutan, terus saya mencoba bagaimana orang-orang di tepi hutan itu ada kegiatan ekonomi, ada kesibukan yang menghasilkan," terangnya kepada TribunSolo.com.
Sejak dulu, ketika musim kemarau tiba sering terjadi kebakaran hutan di sekitar Desa Ngargotirto.
Baca juga: Hasil Karya Emak-emak Sragen, Sulap Mendong Jadi Keranjang,Tembus Pasar Korea hingga Uni Emirat Arab
Baca juga: Mengenal Sosok Dalang Tertua di Sragen, Masih Aktif di Usia 81 Tahun, Awalnya Dibayar Sukarela
Terakhir, pada musim kemarau tahun 2021 lalu, terjadi tiga kali kebakaran hutan, yang beruntungnya tidak sampai ke pemukiman warga.
Bukan hal mudah untuk mengubah kebiasaan warga, yang sejak dulu bekerja sebagai petani.
Akhirnya, Tugimin menggandeng organisasi ibu-ibu PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk mengikuti pelatihan.
"Pendekatan pertama susah, penglihatannya sudah tidak tajam, susah, baru melihat sudah pusing, akhirnya banyak yang mundur di pelatihan pertama," terangnya.
Namun, karena kegiatan santai tersebut ternyata menghasilkan uang, akhirnya menarik minat warga yang lainnya.
Hingga kini sudah ada 300 orang di sepanjang tepi hutan, di Sragen, Boyolali hingga Demak mengerjakan pekerjaan kerajinan tangan itu.
"Untuk quality controlnya mereka sudah paham, mereka kalau bikin harus lebih bagus dari contohnya," ucapnya.
Dan kegiatan memberdayakan masyarakat tersebut, mulai membuahkan hasil, dan perlahan-lahan mulai terlihat.
Kini, kebakaran hutan sudah dapat diatasi, dan pembalakan hutan mulai berkurang.