Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Pengamat UNS Solo menyatakan sependapat dengan Bupati Sragen soal perbaikan jalan rusak yang sebaiknya dilakukan setelah musim hujan.
Pernyataan Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati soal jalan rusak tersebut sudah dikeluarkan sejak beberapa waktu yang lalu.
Kerusakan jalan terjadi di daerah dan pusat kota Sragen,
Baca juga: Jalan Solo-Semarang Berlubang Bikin Celaka, Langsung Direspon Setelah Viral di Medsos
Baca juga: Curhatan Warga Kalijambe Sragen : Baru Seminggu Diaspal, Jalan Solo-Purwodadi Langsung Rusak Parah
Pernyataan tersebut sempat mengundang komentar dari warga Sragen, yang mengeluhkan banyaknya ruas jalan yang rusak.
Pengamat Konstruksi Jalan, yang juga Dosen Teknik Sipil UNS, Ary Setiyawan mengatakan jika langkah Bupati Sragen tersebut sudah tepat.
"Betul langkah yang dilakukan Bupati Sragen sudah tepat, karena secara spesifikasi dalam pengaspalan, hanya dilakukan dalam kondisi tanah yang kering," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (21/3/2022).
Baca juga: Miris, Begini Kondisi Jalan di Sragen Saat Musim Hujan, Berlubang hingga Aspal Mengelupas
Lanjut Ary, apabila pengaspalan dilakukan dengan kondisi tanah yang basah, maka aspal dan tanah tidak terikat dengan baik, atau akan cepat mengelupas.
Pengaspalan pada saat musim hujan dinilai percuma karena pengikatan batuan kurang maksimal.
"Jika kerikil dalam keadaan basah, suatu saat airnya akan mengelupas dan kerikil akan terlepas dari aspal, sebelum memasuki musim hujan segera dilakukan pengaspalan," jelasnya.
Baca juga: Viral Video Minibus Masuk Sawah di Kuningan, Diduga Sopir Mengantuk: Jadi Salah Jalan
"Secara prinsip minyak (aspal) dan air tidak bisa menyatu," tambahnya.
Jalan bisa diperbaiki dengan menggunakan sistem beton, yang tidak terpengaruh dalam lembab.
"Karena semen dapat mengikat air asal tidak terkena berlebihan, solusi yang tepat penggantian dengan beton," pungkasnya.
Jalan Kalijambe Rusak Parah
Jalan Solo-Purwodadi di wilayah Kabupaten Sragen ternyata bukan kali ini saja kondisinya rusak parah.
Warga sekitar, Mulyono mengatakan jalan yang tepat berada di depan rumahnya itu sudah rusak bertahun-tahun.
"Rusaknya sudah tahun-tahunan, saya lupa kapan terakhir diaspal merata, kondisinya setiap turun hujan seperti itu (rusak parah), kalau tidak hujan, aspalnya awet-awet saja," kata dia kepada TribunSolo.com, Minggu (20/3/2022).
"Yang di depan rumah saya, baru satu minggu ditambal, terkena hujan, aspalnya sudah hilang," imbuhnya.
Mulyono menambahkan jalan yang rusak tersebut kira-kira sepanjang 1-2 kilometer.
Menurutnya, penyebab Jalan Provinsi tersebut rusak, karena buruknya drainase disekitar jalan, bahkan tidak terdapat gorong-gorong.
Baca juga: Ngerinya Jalan Solo-Purwodadi Saat Hujan, Lubang Besar Tak Terlihat : Yang Ada Istighfar Terus
Baca juga: Banyak Lubang di Jalan Raya Sukowati Sragen, Bupati : Masih Hujan, Kalau Diperbaiki Sekarang Percuma
"Kalau sudah hujan, menggenang, airnya surut, aspalnya ikut larut, kemudian ditambal dengan aspal, hujan lagi, larut lagi," terangnya.
"Di sini tidak ada gorong-gorong, sekalinya dibangun gorong-gorong, oleh warga yang punya tanah kemudian ditutup, begitu terus," tambahnya.
Tak hanya itu, kondisi tepi jalan yang lebih tinggi dari badan jalan membuat air mengalir di badan jalan, sehingga membuat aspal mudah terkelupas.
Ketika ada perbaikan jalan, ruas yang ditambal aspal hanya yang berlubang saja, sedangkan yang bergelombang tidak ikut diperbaiki.
"Kan seharusnya kalau ditambal, yang berlubang digali sekalian, dikasih batu berukuran besar, kemudian ditambah kerikil diratakan dan terakhir diaspal, itu bisa awet," paparnya.
"Kalau sekarang dibangun hanya menggunakan kerikil-kerikil saja, jadinya ketika aspalnya meleleh jadi naik lagi berulang seperti itu," imbuh Mulyono.
Meski jalan tersebut rusak, beberapa waktu terakhir sudah jarang terjadi kecelakaan atau terdapat orang jatuh.
Hal itu dikarenakan adanya petugas penyeberang jalan yang terkadang mengingatkan para pengendara untuk mengurangi kecepatan.
"Semenjak ada petugas itu sudah jarang terjadi kecelakaan, kalau dulu sering sekali, karena yang lewat kencang sekali nggak tahu kalau jalan rusak, akhirnya terjatuh," pungkasnya.
(*)