TRIBUNSOLO.COM - Hingga kini, tak sedikit masyarakat Indonesia meyakini bahwa mengkonsumsi micin atau MSG berdampak buruk untuk kesehatan, bahkan bisa mempengaruhi tingkat kecerdasan.
Monosodium Glutamat (MSG) atau familier disebut dengan micin atau vitsin memang kerap menjadi perdebatan di tengah masyarakat.
Asumsi yang berkembang di masyarakat menjadikan MSG sebagai sumber dari dampak negatif bagi kesehatan, terutama pada anak.
Selain dianggap menjadi pemicu kebodohan pada anak, mitos lainnya yang berkembang yakni MSG dapat mengganggu fungsi kerja otak, generasi micin, meningkatkan risiko asma, meningkatkan kanker, dan memicu kelebihan berat badan.
Baca juga: Anak Suka Pilih-pilih Makanan! Yuk Simak Penjelasan dari Ahlinya
Namun benarkah MSG sangat berbahaya bagi kesehatan?
Dokter Spesialis Anak, dr MN Ardi Santoso, mengungkapkan asumsi yang berkembang di masyarakat tidaklah benar.
"Kandungan Natrium pada MSG justru 61 persen lebih sedikit daripada garam, yang artinya resiko darah tinggi (hipertensi) dari garam jauh lebih tinggi dari MSG," ungkap dokter Ardi Santoso kepada Tribunnews, dalam sebuah wawancara.
Ia juga mengungkapkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 033-2012 dan Peraturan BPOM No. 23-2013, penggunaan MSG dibolehkan dengan batas penggunaan “secukupnya”.
Dokter Ardi Santoso menjelaskan ada manfaat MSG untuk mendukung tumbuh kembang anak.
"Anak itu sudah sangat familier dengan kandungan glutamat bahkan sejak bayi melalui asupan ASI yang mengandung 44,17 persen glutamat."
"Pendapat MSG aman bagi bayi itu juga didukung oleh berbagai penelitian internasional yang menyebutkan bahwa MSG dapat dicerna oleh semua rentang usia, termasuk oleh bayi," ungkap Dokter Ardi.
Baca juga: Manfaat Plank untuk Menjaga Kesehatan Jantung, Padukan Olahraga Ini Agar Tubuh Bugar di Usia Tua
Sementara itu, menurut dr Santi dari Medical Center Kompas Gramedia, ia juga sepakat soal informasi micin bikin bodoh tidaklah benar.
"Tidak benar. Micin itu tidak membuat seseorang bodoh," ungkapnya
Micin boleh dimakan karena terbuat dari bahan yang diakui aman.
Namun dr Santi mengingatkan untuk tidak mengonsumsi secara berlebihan karena bisa menimbulkan gangguan kesehatan pada kelompok orang tertentu.