TRIBUNSOLO.COM - Momen langka terjadi di acara Haul K.H. Muhammad Munawwir Bin Abdullah Rosyad ke 85 di Ponpes Almunawir, Krapyak Yogyakarta, Sabtu (23/12/2023).
Dalam acara tersebut, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kyai Said Aqil Siradj duduk bersama calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Sementara, Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya juga duduk satu deret.
Baca juga: Roy Suryo Curigai Gibran yang Pakai 3 Mic saat Debat Cawapres, TKN : Orang Begini Jangan Dipercaya
Kyai Said Aqil, Cak Imin, dan Gus Yahya duduk satu deret bangku di bagian depan.
Momen ketiga tokoh bisa duduk bersama itu terbilang istimewa, sebab mereka dianggap sering berseberangan dalam bersikap terkait politik, terutama antara Gus Yahya dengan Cak Imin.
Gus Yahya dalam beberapa kesempatan menyatakan warga tidak otomatis terafiliasi dengan PKB, sementara Cak Imin mengklaim bahwa PKB merupakan satu-satunya partai warga NU.
Perbedaan pandangan politik ini pun terlihat saat Gus Yahya menyampaikan pidatonya.
Dia menyinggung Cak Imin yang tidak pernah hadir pada haul di Krapyak.
Namun saat menjadi cawapres, Cak Imin tiba-tiba muncul.
Gus Yahya menyebut jika Cak Imin, baru pertama kali datang ke acara Haul Kyai Haji Muhammad Almunawwir.
Baca juga: Kunjungan ke Sragen, Ganjar Disambut Meriah, Ketua DPC PDI Perjuangan: Sugeng Rawuh Pak Presiden
"Saya meniru Kyai Said Aqil Siraj yang selalu hadir dalam Haul," katanya, Sabtu (23/12/2023).
"Kalau Pak Muhaimin seingat saya baru sekali ini, mudah-mudahan setelah ini istiqomah hadir dalam haul, walaupun tidak menang tetap datang," katanya diiringi tepuk tangan dan tawa para hadirin.
Lanjut Gus Yahya, candaan ini berani ia lontarkan karena saat ini dia masih menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. "Mumpung dadi (jadi) ketua umum," kata dia.
Dalam pidatonya, Gus Yahya mengatakan berbagai wacana dilontarkan untuk mengembangkan pondok pesantren, seperti mengembangkan dengan sistem sekolah sebagai sistem pengajaran yang baru, sampai gagasan yang terpopuler tentang mengembangkan kapasitas ekonomi pondok pesantren.
Baca juga: Kubu Timnas AMIN Sebut Pertanyaan Gibran ke Cak Imin Seperti Cerdas Cermat, tak Substansial
"Sampai pemerintah buat program khusus kemandirian ekonomi pesantren karena tahu banyak kiai-kiai ini ngenes karena nomboki pesantrennya," kata dia.
Menurut Gus Yahya, yang paling inti dari pesantren adalah keramatnya kiai.
Kalau tidak ada keramatnya kiai, tidak ada beda pesantren dengan pondok lainnya.
"Saya dibawa ke sini oleh bapak saya, tidak disuruh ngaji. Baru kelas 2 SMP sampai sini katanya enggak usah pulang, betah-betahkan di sini," kata dia.
Respons Cak Imin
Sementara itu, Cak Imin saat dimintai tanggapan soal guyonan Gus Yahya menanggapi dengan santai.
Cak Imin mengakui guyonan seperti itu sering dilemparkan oleh kiai-kiai NU.
"Biasa di NU, guyon itu biasa," kata dia. Cak Imin mengatakan, lebih baik melihat hasil Pilpres 2024 nanti, apakah guyonan terbukti atau tidak.
"Kita buktikan saja nanti," ucapnya.
Secara terpisah Kapten Timnas Amin, Muhammad Syaugi Alaydrus ikut berkomentar tentang candaan Gus Yahya.
Dia mengingatkan hasil Pilpres hanya akan diketahui setelah masyarakat melakukan pencoblosan untuk memilih capres dan cawapres pada 14 Februari 2024.
Baca juga: Cak Imin Sebut Jalan Tol Tak Bisa Dinikmati Tukang Becak, Maruf Amin: Pembangunan Harus Dilanjutkan
“Ya enggak apa-apa, itu Beliau saja, biarin saja, yang menilai itu masyarakat nanti bukan orang per orang nanti ditentukan di 14 Februari,” kata Syaugi saat ditemui di Markas Timnas Amin, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/12/2023).
Syaugi berpandangan, pernyataan Ketua Umum PBNU itu sama halnya seperti hasil survei yang menempatkan elektabilitas atau tingkat keterpilihan pasangan Anies-Muhaimin diposisi ke dua atau ke tiga.
Kendati demikian Timnas Amin menganggap pernyataan atau hasil survei yang ada saat ini sebagai pemacu untuk tim pemenangan maupun relawan dan simpatisan agar bekerja keras memenangkan pasangan Anies-Muhaimun.
“Ini sama pertanyaannya, selalu dikatakan wah bagaimana menanggapi survei nomor 3 atau nomor 2 kan begitu ya, sering ya, Pak Anies selalu mengatakan pemilu itu nanti 14 februari 2024 bukan sekarang bukan hasil survei sekarang, kecuali pemilu itu sekarang,” kata Syaugi seperti dilansir Kompas.com.
“Jadi kalau surveinya rendah memacu kita untuk bekerja lebih keras, kalau surveinya tinggi ya Alhamdulillah itu saja,” ucap eks Ketua Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) itu.
(*)