Kecerdasan buatan melawan kesepian
Kemajuan dalam alat kecerdasan buatan generatif, seperti ChatGPT , telah meningkatkan interaksi antara manusia dan mesin hingga menembus batasan.
“Cinta generasi baru sedang bermunculan, suka atau tidak suka, di mana manusia akan menikah dan menjaga hubungan dengan hologram, avatar, robot, dan sebagainya. Sama seperti kita berlatih bahasa baru dengan Duolingo , kita akan berlatih hubungan dengan entitas ini," jelasnya.
Framis telah mendedikasikan karir seninya untuk menyatukan sains dan seni guna membina hubungan yang bermakna, menawarkan dukungan kepada orang-orang yang menghadapi penyakit, disabilitas, ketidakseimbangan gender, atau pengalaman traumatis.
Proyek performatif terbaru ini juga dirancang sebagai alat terapi bagi mereka yang mengalami trauma atau pelecehan, serta mereka yang menghadapi kehilangan orang yang dicintai.
Menurut pernyataan sang artis, AI dan pendamping manusia bisa menjadi pilihan yang bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan teman.
Framis mengutip kasus di sekitarnya.
“Teman saya adalah seorang janda dan sulit baginya untuk menggantikan suaminya. AI dan pendamping manusia bisa menjadi pilihan yang baik bagi mereka yang membutuhkan teman.”
Ini bukan pengalaman pertama Framis memasukkan unsur non-manusia ke dalam karya seninya.
Pada tahun 1996, ia menjadi artis pertama yang hidup berdampingan dengan manekin bernama Pierre. Karya yang dihasilkan, 'Cinema Solo', terdiri dari 36 foto dan dialog antara Framis dan manekin, yang terinspirasi dari buku Marguerite Duras 'La Maladie de la Mort'.
(Magang TribunSolo.com/ Hadiyya Qurrata A'yyuun )