Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Masyarakat Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah sudah tidak asing lagi dengan pasar rakyat yang digelar tiap lima harian sekali.
Pasar rakyat itu yakni Pasaran Kliwon atau sering disebut pasar tumpah yang digelar di sekitar pasar Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Jika ditempuh dari Kota Solo dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat hanya membutuhkan 15 menit untuk mencapai pasat tersebut.
Meski demikian, tak banyak orang yang tahu tentang asal muasal berdirinya pasaran Kliwon tersebut.
Pemerhati sejarah, KRMAP L Nuky Mahendranata Adiningrat atau akrab dipanggil Kanjeng Nuky bercerita, masa itu masyarakat jawa menggunakan sistem pancawara atau penetapan pada hari di kalender Jawa untuk melakukan jual beli.
Dalam klasifikasi kalender Jawa, menghasilkan pola penetapan hari buka pasar dalam siklus 5 harian.
Yakni Kliwon, Legi, Pahing, Pon, serta Wage yang dipercayai akan ramai di salah satu hari.
"Pasar yang semula hanya dipenuhi pedagang buah, sayur, daging, bumbu dapur, pakaian dan peralatan rumah tangga terlihat lebih istimewa di saat kalender Jawa jatuh pada hari Kliwon, terkenal dengan sebutan pasar tumpah" ujar Nuky saat berbincang dengan TribunSolo.com, Minggu (2/5/2024).
Selain pedagang sayuran, dari Gang-gang kecil di sisi kanan dan kiri bangunan pasar Bekonang juga dipenuhi pedagang yang menjual barang-barang lain dari pada hari biasa.
Pantauan TribunSolo.com, banyak terlihat emak-emak menjual jajanan khas desa seperti tiwul, klepon, gendar dan lain-lain.
Tidak hanya itu, banyak dijumpai penjual kerajinan dari bambu, topi caping, sangkar burung, peralatan tani seperti cangkul, sabit, pisau pemotong rumput menggelar dagangannya di sini.
Sedangkan untuk pasar lainnya itu hanya pasar sayuran, buah-buahan dan bahan-bahan pangan.
Lebih lanjut Nuky menjelaskan pada masa kerajaan Keraton Kasunanan Surakarta, setiap pasar di daerah keraton itu menggunakan sistem pasaran.
Baca juga: Asal-Usul Hiasan Emas Kubah Masjid 3 Miliar yang Dicuri: Hasil Patungan Penambang
"Tentunya jaman dahulu semua pasar itu, ada pasarannya. Seperti di Solo itu kan ada Pasar Kliwon, Pasar Legi, dan Pasar Pon," terangnya.
"Jadi jaman dahulu pasar itu tidak buka setiap hari, jadi bukanya pasaran-pasaran tertentu bergantian karena juga waktu itu pedagangnya tidak banyak jadi pindah-pindah sesuai dengan Kalender Jawa," imbuh Nuky.
Sementara itu, Keraton Kasunanan Surakarta dahulu, merupakan pusat budaya termasuk dengan pasar seakan itu berkaitan dengan Keraton.
Berbeda dengan pasar Gawok yang terletak Kecamatan Gatak Sukoharjo, pasar Kliwonan ini menjadi hari di mana pasar hewan yang terletak di belakang Pasar Bekonang dibuka.
Peternak dari Wonogiri, Karanganyar, Sragen dan Klaten menjual hewan ternak mereka di Pasar Hewan Bekonang saat tanggal Kliwon.
Ratusan unggas dan burung diletakkan di halaman yang tidak terlalu luas persis di belakang Pasar Bekonang, sedangkan ratusan sapi diletakkan di halaman luas paling belakang.
Nuky menambahkan, Pasaran Kliwonan ini saat ini sangatlah berbeda dengan masa-masa lalu.
Sebab saat ini Pasaran Kliwonan sudah tertata rapi dan masyarakat masih melestarikan budaya Kalender Jawa. (*)