TRIBUNSOLO.COM - Pecinta sepak bola Indonesia dikejutkan pemberitaan beberapa media asing.
Media asing tersebut melaporkan jika PSSI dan Erick Thohir saat ini membuka kemungkinan mencari pelatih asal Eropa sebagai penerus Shin Tae-yong di kursi kepelatihan Timnas Indonesia.
Diketahui, kursi kepelatihan Shin Tae-yong menjadi sorotan federasi dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga: Timnas Indonesia vs Filipina di Solo, Shin Tae-yong Bakal Pasang Arhan dan Asnawi jadi Starter
Dikutip dari Kompas.com, hal ini semata bukan karena hasil di Piala AFF 2024 tetapi juga karena dinamika yang terjadi di dalam timnas senior, terutama pada ronde laga Oktober kontra Bahrain dan China.
Yakni masalah bahasa yang berasal dari ketidak mampuan Shin berkomunikasi tanpa penerjemah.
Kemudian, ada pula isu di mana beberapa pemain utama "menerima hukuman" setelah berdiskusi dengan sang pelatih usai laga kontra Bahrain.
Kini, beberapa media berbahasa asing pun melaporkan hal sama.
Baca juga: Jelang Laga Timnas Indonesia vs Filipina di Solo, Shin Tae-yong Omeli Kiper Gegara Salah Posisi
Tuttosport asal Italia melaporkan bahwa Erick kini fokus membawa Garuda lolos ke Piala Dunia 2026 dengan kampanye rekrutmen masif terhadap pemain-pemain diaspora Indonesia di Eropa.
"Namun, pada titik ini ia perlu lompatan kualitas lebih besar dan perubahan di bangku cadangan tengah dipertimbangkan," tulis media tersebut pada Senin (30/12/2024).
"Pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong, yang metodenya terlalu fokus ke fisik dan kebugaran dianggap tak lagi memuaskan."
"Oleh karena itu, pelatih berikut bisa menjadi orang Eropa dan sosok tesebut harus siap untuk ronde laga Maret melawan Australia dan Bahrain."
Laporan senada juga disampaikan wartawan Eureporter, Collin Stevens.
Dlam tulisannya, dia mengatakan bahwa para pemain Eropa tak bahagia dengan standar pelatihan di timnas.
Baca juga: Kondisi Hari Terakhir Fungsional GT Prambanan Klaten Jateng, Kendaraan Masih Ramai Melintas
"Rumor yang beredar dari kubu timnas Indonesia adalah para pemain naturalisasi, banyak di antaranya memiliki keturunan Indonesia-Belanda, tidak senang dengan standar pelatihan," tulisnya.
"Tampaknya ada kesenjangan menganga antara taktik yang dimiliki oleh para manajer di Eropa dan apa yang mereka temui di Jakarta."