Laporan Wartawan TribunSolo, Erlangga Bima
TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Perajin rancak gamelan atau kayu yang dijadikan alas gamelan di Wonogiri mengaku usai dihantam pandemi Covid-19 pesanan dari konsumen belum bangkit.
Salah satu perajin rancak gamelan di Lingkungan Jatibedug Kelurahan Punduhsari Kecamatan Manyaran, Eko Wiyono, mengatakan pesanan rancak gamelan masih sepi usai pandemi.
Baca juga: Asal-usul Desa Ngombakan di Polokarto Sukoharjo, Dikenal sebagai Sentra Perajin Ciu
Bahkan menurutnya kebijakan efisiensi juga berpengaruh terhadap pesanan rancak gamelan ditempatnya masih sepi. Sebab, kebanyakan pesanan datang dari instansi.
"Belakangan ini juga, empat bulanan ini. Anggaran kan ada efisiensi. Kebanyakan dari dinas. Kalau perorangan sulit mengcover," katanya.
Eko mengatakan sebelum adanya pandemi, pesanan di tempatnya cukup ramai. Dalam sebulan, dirinya bisa menerima 10-15 set pesanan rancak gamelan.
Di tempatnya, satu set rancak gamelan bahan kayu mahoni untuk laras slendro dan pelog dihargai Rp 17,5 juta hingga 22,5 juta.
Baca juga: Cenderaloka: Platform Jual Beli Produk Kerajinan dan UMKM Langsung dari Perajin Lokal
Hal itu berubah usai adanya pandemi. Sejak April 2020 pesanan mulai sepi, hingga saat ini menurutnya pesanan belum kembali normal.
"Sejak April 2020 itu sepi. Sebelumnya triwulan pertama setiap tahun sudah banyak kerjaan, eksekusi April," katanya.
Saat ini, untuk mendapat pesanan untuk 1-2 set perbulan saja menurutnya sudah sulit. Selain itu, pesanan untuk set lengkap juga turun.
"Itupun pethil-pethilan disatukan. Yang cari satu set kan kebanyakan instansi," katanya.
(*)