Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Fenomena becak motor (bentor) di jalanan Kota Solo kini mendapatkan sorotan.
Sorotan tersebut lantaran bentor belum terdaftar dalam regulasi atau aturan lalu lintas baik kendaraan angkutan massa maupun angkutan barang, hingga kini.
Keberadaan bentor juga dikeluhkan pengemudi becak kayuh di Kota Solo.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Forum Komunikasi Keluarga Becak (FKKB) Kota Solo, Sari Wahyuni Pujiastuti.
Keberadaan bentor juga menjadi salah satu penyebab menurunnya minat penumpang menggunakan mode transportasi becak kayuh.
"Yang paling banyak itu ya pengayuh bentor (becak motor) ada juga persaingan ojek online, persaingan tarif juga," ungkap Senin (12/5/2025).
Padahal menurut Sari, Kota Solo merupakan basis pengemudi becak kayuh mencari nafkah dibanding wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
"Pengayuh becak di Solo itu masih banyak, bahkan banyak pengayuh datang dari berbagai daerah kayak Sragen, Grobogan dan lainnya. Menurut mereka antusias becak di Solo itu berpotensi pariwisata," imbuh Sari.
Dari catatan FKKB, setidaknya ada 300-an pengemudi becak kayuh yang tercatat.
Dan masih ada 200-an lainnya yang belum tercatat, dengan kata lain setidaknya menurut Sari ada sekitar 500-an warga yang menggantungkan diri sebagai pengemudi becak kayuh di Solo.
Saat ini tercatat sudah ada puluhan bentor yang beroperasi di jalanan kota Solo.
Hal itu diungkap oleh Kasatlantas Polresta Solo Kompol Agung Yudiawan melalui Kanit Kamsel Satlantas Polresta Solo Iptu Surawan Nurjaya.
Ia mengatakan bahwa setidaknya ada lebih dari 30 bentor yang beroperasi di Kota Bengawan.
"Kurang lebih dari data kami sudah ada 30-an di berbagai titik seperti Stasiun Balapan, Pasar Ledoksari, Pasar Gede dan di depan Pasar Klewer," terang Surawan.