Laporan Wartawan TribunSolo.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNSOLO.COM, SLEMAN - Di sebuah pedesaan bernama Maredan, tepat di Sleman bagian timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, fajar belum lama menyingsing keluar dari sarangnya. Cuitan burung-burung mengisi pagi di tengah mimpi indah warga yang masih terlelap dalam tidur.
Namun, Anis Riyati Primastuti sudah berselancar menyelami gawainya. Mengamati satu per satu pesanan yang masuk dari aplikasi orange favoritnya, apa lagi kalau bukan Shopee.
Kisah cinta Anis dengan Shopee tumbuh sejak era pandemi Covid-19 yang menjadi momok dunia. Betapa tidak, usahanya berjualan abon mulai dikenal luas karena teknologi satu ini membawanya tak hanya merambah pasar lokal, melainkan internasional.
Saat orang-orang sibuk mengeluh tak lagi bebas keluar rumah, Anis justru melihat potensi lain dengan berfokus mengembangkan dan membawa UMKM-nya merambah era digital. Offline bakal ditinggalkan, online adalah masa depan.
Ini pembuktian bahwa nasib seseorang bisa berubah drastis meski hanya berasal dari usaha rumahan. Tergantung pada niat untuk belajar dan memanfaatkan teknologi sebaik mungkin, membangun koneksi melaluinya tanpa harus keluar dari rumah.
Staff Marketing yang Banting Setir Jadi Entrepreneur
Anis menghabiskan masa mudanya bekerja 'kantoran' seperti perempuan kebanyakan yang tengah meniti karier.
Pekerjaan pertamanya jadi merchandiser (MD)—petugas lapangan yang bertugas mengatur dan memajang produk di toko untuk meningkatkan penjualan, di salah satu supermarket. Sales, supervisor hingga staff marketing di perusahaan distributor tissue juga pernah dilakoni perempuan berusia 51 tahun ini.
Berangkat pagi, pulang malam jadi rutinitas semu. Lelah tak bisa mengatur waktu hingga keinginan memiliki buah hati membulatkan tekad Anis berpisah dari pekerjaan.
"Semakin tinggi jabatan kan waktu yang dipertaruhkan makin banyak, waktu itu saya hamil beberapa kali tapi keguguran. Suami saya menghendaki istirahat saja dirumah dan akhirnya saya resign. Alhamdulillah kemudian saya hamil dan punya anak," kata Anis, Kamis (15/5/2025).
Peralihan karyawan menjadi pengangguran sekaligus ibu rumah tangga rupanya tak senyaman bayangannya. Ide-ide terus bermunculan dalam benak dan dirinya tak bisa berdiam diri.
Baca juga: Bersama Shopee, KHDJH Lakukan Sinergi Digital Menembus Pasar Fashion Muslim Nasional
Hatinya tergerak mendirikan usaha kecil-kecilan membuat abon. Ya, makanan olahan kering yang dibuat dari daging, umumnya daging sapi, ayam, atau ikan, yang disuwir-suwir halus dan digoreng hingga kering.
Bagi Anis, abon merupakan produk olahan makanan yang tak lekang oleh waktu alias timeless. Dari 1970-an hingga saat ini, penikmatnya selalu ada. Bahkan menjangkau beragam kalangan—atas, menengah dan bawah, serta beragam usia—muda hingga tua.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, Anis kerap melihat abon dianggap makanan praktis yang digandrungi anak kos hingga wanita karir yang sudah berumah tangga.