Sekolah Rakyat Sragen

Penyebab Peminat Sekolah Rakyat di Sragen Minim : dari Ortu Tak Tega, hingga Data Kemensos Tak Valid

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SEKOLAH RAKYAT SOLO - Suasana Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 17 Solo, Selasa (29/7/2025). Ada faktor lain, yang menyebabkan peminat warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, untuk bersekolah di Sekolah Rakyat minim selain orangtua dan siswa, yakni data Kemensos yang tidak valid.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Ada faktor lain, yang menyebabkan peminat warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, untuk bersekolah di Sekolah Rakyat minim.

Sebelumnya, faktor penyebabnya adalah banyak orang tua dan anak yang enggan tinggal di asrama, karena tidak tega.

Faktor lainnya yakni potensi calon siswa dari data Kementerian Sosial (Kemensos) diketahui sebagian besar sudah bersekolah.

Baca juga: Sempat Putus Sekolah, Cita-cita Lintang di Sragen jadi Perawat Terbuka Lebar Lewat Sekolah Rakyat

Plt Kepala Dinas Sosial, Yuniarti menyampaikan hal itu diketahui, usai dilakukan verifikasi di lapangan.

"Data dari Kemensos itu potensi calon siswa sebanyak 1.220 orang, yang terdaftar dari desil 1-2, kayak dari Dinas Pendidikan sempat kaget, ternyata itu data kurang valid," katanya kepada TribunSolo.com.

"Artinya itu potensi calon siswanya 90 persen sudah sekolah, menurut teman-teman datanya perlu dipertanyakan, didatangi ternyata sudah sekolah, didatangi ternyata sudah sekolah, jadi sempat kaget," tambahnya.

Meski belum banyak calon siswa Sekolah Rakyat yang terjaring, pihaknya akan terus melakukan penyisiran.

Baca juga: Potret Simpang Teguhan, Titik Paling Macet di Sragen, Jam Berangkat Sekolah Selalu Macet Parah

Koordinator Kecamatan Pendamping PKH Gemolong, Anis Zahra Hayati mengatakan di Kecamatan Gondang, tercatat ada 45 potensi calon siswa.

"Potensi dari data Kemensos itu sekitar 45 orang, tapi itu rata-rata di usia SD, dan kenyataan setelah kita datangi, rata-rata sudah masuk SD semuanya, mayoritas sudah sekolah semua," jelasnya.

Selain itu, untuk calon siswa jenjang SMP di Kecamatan Gondang tercatat ada 6 orang.

Namun, 3 orang lainnya menolak bersekolah di Sekolah Rakyat karena sudah bekerja, sehingga tidak mau kembali masuk sekolah.

Baca juga: Duduk Perkara SMPN 2 Banyudono Boyolali Tahan Ijazah, Siswa Kritik Kebijakan Sekolah via Medsos

Namun, menurut Anis, bagi calon siswa yang baru putus sekolah, ditawari untuk kembali bersekolah, rata-rata bersedia bersekolah lagi.

"Tiga-tiganya sudah bekerja, jadi sudah kita motivasi untuk ulang sekolah lagi, sudah tidak mau, karena sudah bekerja, mereka sudah bekerja 2 sampai 3 tahun," jelasnya.

"Dan karena faktor umur, karena kita dibatasi maksimal 15 tahun, mereka yang putus sekolah di tingkat SMP rata-rata di atas 15 tahun, sudah melebihi syarat dari Kemensos," pungkasnya.

SEKOLAH RAKYAT SRAGEN - Petugas pendamping PKH, berserta Plt Camat Gondang dan Kepala Desa Tegalrejo mendatangi rumah salah satu anak putus sekolah untuk ditawari masuk Sekolah Rakyat. (TRIBUNSOLO.COM/SEPTIANA AYU LESTARI)

Apa Itu Sekolah Rakyat

Sekolah Rakyat (SR) merupakan sebuah inisiatif pendidikan alternatif yang bertujuan memberikan akses belajar kepada masyarakat, terutama mereka yang berasal dari kalangan kurang mampu atau tertinggal dalam sistem pendidikan formal.

Konsep Sekolah Rakyat telah ada sejak era awal kemerdekaan Indonesia dan kini kembali dihidupkan sebagai bagian dari upaya mengentaskan ketimpangan pendidikan di berbagai wilayah, termasuk di daerah-daerah pelosok.

Konsep dan Sejarah Sekolah Rakyat

Dikutip dari berbagai sumber, termasuk laman resmi Kementerian Sosial dan organisasi masyarakat sipil, Sekolah Rakyat bukanlah lembaga formal seperti sekolah negeri atau swasta pada umumnya.

Sebaliknya, SR adalah ruang belajar berbasis komunitas yang fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. 

Materi yang diajarkan bisa berupa pengetahuan dasar seperti baca tulis, berhitung (calistung), hingga pendidikan karakter, keterampilan hidup (life skills), bahkan kewirausahaan.

Konsep ini sempat populer pada masa awal kemerdekaan sebagai bagian dari upaya mencerdaskan bangsa, sebelum sistem pendidikan nasional terbentuk utuh.

Kini, sejumlah organisasi dan lembaga, termasuk Kemensos, kembali menggagas pendirian Sekolah Rakyat dalam rangka mendorong pembangunan manusia.

Tujuan Pendirian Sekolah Rakyat

Tujuan utama dari pendirian Sekolah Rakyat adalah untuk menjangkau kelompok rentan yang kesulitan mengakses pendidikan formal.

Sekolah Rakyat menjadi solusi atas keterbatasan akses, biaya, dan kualitas pendidikan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

Beberapa tujuan spesifik dari Sekolah Rakyat antara lain:

  • Meningkatkan literasi dasar: Memberikan pengajaran membaca, menulis, dan berhitung bagi anak-anak maupun orang dewasa yang belum menguasainya.
  • Menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian: Melalui pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman dan praktik langsung.
  • Mencegah anak putus sekolah: Dengan memberikan wadah alternatif bagi anak-anak yang keluar dari sekolah formal karena alasan ekonomi atau sosial.

Mendorong pemberdayaan masyarakat: Sekolah Rakyat juga berperan dalam membangun kesadaran kritis warga terhadap hak-hak mereka, serta meningkatkan partisipasi dalam pembangunan lokal.

(*)

Berita Terkini