Ada Kampung Jambu Air Satu-satunya di Desa Pranan Sukoharjo, Memasok Jambu Hingga ke Jakarta

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KAMPUNG JAMBU AIR - Salah satu warga tengah panen jambu air di Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, menjadi satu-satunya desa yang dikenal sebagai penghasil jambu air.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, menjadi satu-satunya desa yang dikenal sebagai penghasil jambu air.

Terletak di selatan Kota Sukoharjo, hasil panen dari desa ini telah dikenal hingga Bandung dan Jakarta.

Cerita Desa Pranan sebagai kampung jambu air bermula dari seorang warga bernama Sumarni, yang tinggal di Dukuh Menggah RT 004/RW 004.

Kala itu, Sumarni memiliki satu pohon jambu air unggulan.

Baca juga: Sejarah Makam Ki Ageng Balak di Bendosari Sukoharjo, Pertama Kali Dibuka Pada 1924

Pohon ini kemudian dicangkok dan ditanam oleh warga lain, hingga akhirnya hampir setiap rumah di Desa Pranan memiliki pohon jambu air di pekarangannya.

Apabila melewati Desa Pranan, akan terlihat warga yang menjual jambu air di halaman depan rumahnya.

Kepala Desa Pranan, Sarjanto, menuturkan bahwa jauh sebelum terkenal dengan jambu air, desanya sudah dikenal sebagai desa buah.

Hal itu terlihat dari mayoritas warga, sekitar 78 persen, yang berprofesi sebagai pedagang buah.

“Dulu warga kita ini pedagang buah, sambil berdagang mereka juga menanam sendiri,” ujar Sarjanto, Jumat (15/8/2025).

Awalnya warga sempat menanam buah kedondong, kemudian mangga.

Perubahan besar terjadi sekitar tahun 2015, ketika warga mulai menyadari potensi ekonomi jambu air.

Harga jualnya lebih menguntungkan dibandingkan mangga, apalagi jambu bisa dipanen 4–5 kali dalam satu musim, sementara mangga hanya sekali.

Baca juga: Kisah Mitos dan Sejarah Gunung Sepikul Sukoharjo : Dianggap Bukti Kegagalan Bandung Bondowoso

“Setelah tahu harga jambu di sentra seperti Tiungan, Prambanan, itu jauh lebih menguntungkan. Warga Desa sepakat menebang pohon mangga dan menggantinya dengan pohon jambu,” jelasnya.

Kini, jambu air menjadi identitas Desa Pranan.

Pemerintah desa kala itu melakukan branding khusus sehingga Pranan tidak lagi dikenal hanya sebagai desa buah, melainkan sebagai kampung jambu air.

Sarjanto melanjutkan, ada tiga jalur pemasaran yang diterapkan warga.

Pertama, menjual langsung di pinggir jalan kawasan Solo Raya.

Kedua, saat panen raya dan festival jambu, para pedagang dari luar kota datang langsung ke Pranan.

Ketiga, pengiriman ke kota besar, terutama Jakarta yang menjadi pasar utama.

“Harga di tingkat petani sekitar Rp7 ribu per kilogram. Kalau di luar bisa sampai Rp10 ribu,” kata Sarjanto.

Dengan sistem panen berulang, jambu air kini menjadi sumber penghasilan utama warga Desa Pranan, sekaligus menjaga identitas desa sebagai satu-satunya kampung jambu air di Sukoharjo.

Baca juga: Menengok Proses Jemur Kain Pantai Mojolaban Sukoharjo, Tembus Pasar Timur Tengah Sejak 1997!

(*)

Berita Terkini