Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Menengok Proses Jemur Kain Pantai Mojolaban Sukoharjo, Tembus Pasar Timur Tengah Sejak 1997!

Di pabrik pembuatan kain pantai ini ada sekitar 25 orang karyawan yang setiap hari bergelut dengan proses pewarnaan dan pengeringan. 

TRIBUNSOLO.COM/Anang Ma'ruf
JEMUR KAIN - Di bawah terik matahari pekerja ini menjemur kain pantai di kawasan industri rumahan Desa Krajan, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (2/8/2025). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Di bawah terik matahari, hamparan kain warna-warni terbentang rapi di pinggir Sungai Bengawan Solo, Sabtu (2/8/2025).


Siang itu suasana Desa Krajan, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, tampak hidup oleh aktivitas para pekerja kain pantai yang sibuk menjemur hasil produksi mereka.

Desa Krajan, yang berada tak jauh dari pusat Kota Solo, Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai sentra industri kain pantai.

Geliat usaha kain di desa ini justru menarik perhatian karena proses produksinya yang masih dikerjakan secara manual.

Baca juga: Mbah Dasno Penjaga Terakhir Dawet Dibal di Tengah Gempuran Minuman Kekinian: Jaga Warisan Budaya

Kain-kain sepanjang 30 hingga 35 meter dan lebar sekitar 90 cm dijemur berjajar di tepi sungai.

Mereka memanfaatkan panas matahari yang menyengat sebagai bagian dari proses pengeringan pewarna. 

Pewarnaan dan pengeringan ini merupakan tahapan penting dalam menghasilkan motif cerah dan tahan lama yang menjadi ciri khas kain pantai dari Mojolaban.

Triadi (42), seorang karyawan yang sudah bekerja di industri ini selama dua dekade, menuturkan pekerjaan ini sudah menjadi bagian dari hidupnya. 

"Saya sudah kerja di sini 20 tahun. Dari mulai nyetak motif, nyelup warna, sampai jemur kain, semua masih dilakukan dengan cara tradisional,” ujarnya, Sabtu (2/8/2025).

Di pabrik kecil tempat Triadi bekerja, ada sekitar 25 orang karyawan yang setiap hari bergelut dengan proses pewarnaan dan pengeringan. 

Mereka bekerja dengan ketekunan tinggi, menjaga mutu hasil produksi agar tetap diminati pasar.

"Kalai musim penghujan kami hanya produksi kain paling tidak 120 kain. Kalau musim panas seperti ini hari ini tadi 200 kain dengan panjang 30 meter sampai 35 meter," ujarnya.

Baca juga: Cara Membuat Keripik Tempe Benguk Khas Wonogiri yang Awet Renyah Hingga 3 Minggu!

Ia menjelaskan, usaha kain seperti yang berparuh pada pergantian musim. 

Meski demikian Triadi mengaku hanya 20 persen saja pengaruhnya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved