Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Sragen

Asal-usul Makam Butuh di Plupuh Sragen, Tempat Peristirahatan Terakhir Keluarga Joko Tingkir

Meski ukurannya kecil, Dukuh Butuh menjadi pusat wisata religi yang tak pernah sepi dari peziarah, khususnya setiap malam Jumat.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM/Septiana Ayu
TEMPAT BERSEJARAH SRAGEN - Kayu bagian dari getek yang digunakan Raden Joko Tingkir dan ketiga sahabatnya menyusuri Sungai Bengawan Solo dari Sukoharjo menuju Sragen di kompleks Makam Butuh, di Desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Beginilah asal-usul Makam Butuh. 

Kompleks makam Ki Ageng Butuh terletak sekitar 16 kilometer dari Pusat Kota Sragen.

Di sinilah sejarah menyatu dengan spiritualitas.

Makam yang kini terawat rapi ini pernah dipugar oleh Pakubuwana X pada tahun 1930, menunjukkan nilai pentingnya dalam sejarah Jawa.

Baca juga: Asal-usul Nama Desa Singopadu di Sidoharjo Sragen: Ada Dua Versi, Salah Satunya Kisah Singo Menggolo

Di dalam kompleks yang dikelilingi tembok, terdapat lebih dari 20 pusara.

Sembilan di antaranya berada dalam cungkup utama, termasuk makam Raden Joko Tingkir yang berada tepat di tengah-tengah.

Di halaman makam, terdapat benda unik berupa sebatang kayu jati yang sudah keropos.

Konon, itu adalah sempalan perahu gethek yang membawa Joko Tingkir menyeberangi Bengawan Solo saat hendak berguru kepada ayahnya, Ki Ageng Butuh.

Menurut Babad Tanah Jawi, Ki Ageng Butuh adalah salah satu murid Syeh Siti Jenar, sekaligus tokoh pertama yang melihat wahyu keprabon jatuh ke diri Joko Tingkir.

Baca juga: Asal Usul Cepogo Boyolali, Berawal dari Pesatnya Industri Kerajinan Logam di Desa Tumang

Ia memainkan peran penting dalam perjalanan spiritual dan politik Joko Tingkir menuju takhta Kerajaan Pajang.

Kompleks makam ini juga menjadi tempat peristirahatan istri Ki Ageng Butuh, Pangeran Tejowulan (adik Joko Tingkir), dan Pangeran Benowo, putra Joko Tingkir.

Meskipun menjadi destinasi ziarah utama, makam ini tidak dikelola secara resmi oleh Pemkab Sragen. Pengelolaan dilakukan oleh juru kunci lokal yang menjaga adat dan kelestarian kompleks makam.

Makam ini ramai setiap malam Jumat.

Mayoritas peziarah datang dari luar daerah.

Kompleks pemakaman Butuh juga masuk dalam agenda rutin ziarah Muspida Sragen, terutama saat Hari Jadi Kabupaten Sragen.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved